Mengintip Teknologi Otomotif Canggih di Bosch Mobility Experience

Taraf teknologi otomotif di berbagai belahan dunia berbeda-beda.

oleh Rio Apinino diperbarui 06 Jul 2017, 11:19 WIB
Presentasi mengenai teknologi otomotif terkini di Bosch Mobility Experience 2017 (Rio/Liputan6.com)

Liputan6.com, Boxberg - Taraf teknologi otomotif di berbagai belahan dunia berbeda-beda. Di saat negara dunia ketiga seperti Indonesia masih berkutat pada teknologi dasar, misalnya airbag atau ABS, di belahan dunia lain para pelaku bisnisnya sedang mengembangkan teknologi yang mungkin tidak pernah kita bayangkan --katakanlah mobil nirawak alias tanpa sopir.

Salah satu pelaku industri yang fokus mengembangkan teknologi-teknologi advance tersebut adalah Bosch, perusahaan asal Jerman yang juga cukup punya penetrasi yang dalam di bisnis otomotif Indonesia. Selain sebagai OEM, mereka juga menjajakan produk-produk aftermarket.

Dalam rangka memperkenalkan teknologi mereka ke dunia, pada 5 Juli kemarin, Bosch menggelar acara bertajuk Bosch Mobility Experience 2017. Puluhan juru warta --termasuk jurnalis Liputan6.com Rio Apinino-- dari belasan negara diundang di proving ground mereka di kawasan industri Boxberg, Jerman.

Acara dimulai oleh persentasi dari para petinggi Bosch. Tercatat ada Rolf Bulander, Dirk Hoheisel, Markus Heyn --semuanya bergelar Doktor, memberikan paparan berdasarkan fokus dan keahlian masing-masing. Bulander adalah Chairman of Bosch Mobility Solution, Robert Bosch, sementara Hoheisel dan Heyn adalah Member of the Board of Management, Robert Bosch.

Secara garis besar, ketiga bos ini memaparkan apa-apa saja yang bakal mereka lakukan dalam industri yang mulai berubah ini. Bulander misalnya, mengatakan bahwa ke depan Bosch berusaha untuk merealisasikan apa yang disebut dengan mobilitas urban tanpa stress, yang secara garis besar adalah menghilangkan keruwetan lalu lintas meskipun itu di kota besar sekalipun.

Foto dok. Liputan6.com

Untuk merangkum usaha tersebut, ada tiga hal yang menurut Bosch jadi kunci. Pertama adalah membangun sistem berkendara yang terkoneksi satu sama lain, menciptakan kendaraan otonomos demi mobilisasi tanpa kecelakaan, dan mengusahakan mobilitas dengan kendaraan bermotor tanpa emisi.

Soal otonomos kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh Hoheisel. Ia mengatakan bahwa agar mobil tanpa sopir dimungkinkan, sebuah kendaraan harus ditanamkan kecerdasan buatan, seperti manusia supaya dapat belajar seiring berjalannya waktu. Teknologi ini masih terus mereka kembangkan.

Presentasi kemudian ditutup oleh sesi tanya jawab. Sekitar 10 jurnalis berkesempatan untuk bertanya apapun, sejauh terkait dengan topik yang sedang dibahas. Beberapa ingin tahu lebih jauh soal realisasi teknologi canggih Bosch, lainnya bertanya isu-isu yang cukup lokal, semisal mesin Diesel yang akhir-akhir ini cukup jadi sorotan, terutama di Eropa.

 

Simak juga video menarik di bawah ini:


Menjajal teknologi canggih

Bosch mengembangkan teknologi otonomos.


Setelah sesi presentasi usai, jurnalis digiring ke lokasi workshop menggunakan bus. Ada tiga lokasi yang dibedakan berdasarkan fokusnya, yaitu otonomos, konektivitas, dan elektrifikasi. Jujur saja, sesi workshop jauh lebih menarik ketimbang mendengar orang presentasi.

Situs pertama yang disambangi adalah workshop konektivitas. Di sini Bosch memamerkan beberapa teknologi yang telah dan akan mereka rilis ke pasar. Ada satu hingga dua orang pekerja Bosch yang siap menjelaskan lebih jauh soal masing-masing teknologi.

Satu teknologi yang paling menarik, setidaknya bagi kami, adalah connected workshop. Dalam teknologi ini, dengan memanfaatkan smart glasses atau tablet dan teknologi augmented reality, seseorang dapat dengan mudah mengetahui kerusakan yang ada di mobilnya tanpa perlu membongkar kendaraan.

Dapat dibayangkan, berapa banyak waktu yang dapat dihemat saat servis mobil dengan teknologi ini.

Kami juga sempat menjajal langsung bagaimana teknologi pengereman otomatis bekerja. Dengan teknologi ini, mobil dapat mengerem dengan sendirinya dalam kondisi mendesak dengan memanfaatkan sensor yang dapat "membaca" objek berbahaya yang ada di depan mereka.

Kemudian, kami juga ditunjukkan bagaimana ketika sebuah mobil terkoneksi dengan infrasturktur seperti marka, tempat parkir, dan kendaraan lain. Ketika ini terjadi, misalnya, mobil akan mendapat notifikasi secara real-time dimana titik parkiran yang kosong.

Satu orang jurnalis asal Indonesia lainnya sempat merasakan duduk di kursi penumpang mobil yang telah dilengkapi dengan teknologi semi-otonomos. Teknologi ini memungkinkan sopir, dalam momen dan durasi waktu tertentu, melepas setirnya dan mobil dapat melaju mandiri.

Sayangnya untuk teknologi ini hanya ada satu unit mobil yang tersedia. Kami tidak sempat merasakan hal serupa karena keterbatasan waktu.

Selain yang telah disebutkan, sebetulnya ada banyak teknologi lain yang dipamerkan. Semuanya terhitung canggih. Sebagian bakal diaplikasikan ke kendaraan penumpang dalam beberapa tahun ke depan, sebagian lain mungkin lebih lama. Tentu saja, yang mereka maksud "mengaplikasikan" adalah menerapkannya di negara maju dengan infrastruktur mumpuni terlebih dulu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya