78 Orang Tewas Akibat Kecelakaan Truk di Republik Afrika Tengah

Kecelakaan maut tak terelakkan ketika sebuah truk bermuatan lebih melaju cepat dan mengakibatkan puluhan orang tewas.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 06 Jul 2017, 14:20 WIB
Ilustrasi Foto Kecelakaan Mobil (iStockphoto)

Liputan6.com, Bambari - Sedikitnya 78 orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya luka-luka saat sebuah truk pengangkut barang dan penumpang mengalami kecelakaan di Republik Afrika Tengah.

Dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (6/7/2017), kecelakaan maut tersebut terjadi pada Selasa 4 Juli 2017 di Kota Bambari yang berjarak sekitar 300 kilometer dari ibu kota Bangui. Kecelakaan tak dapat terelakkan setelah kendaraan tersebut tengah melakukan perjalanan ke sebuah pasar mingguan di Desa Maloum.

"Kecelakaan tersebut telah menewaskan 78 orang dan 72 orang lainnya luka-luka. Beberapa korban yang mengalami luka-luka langsung di bawa ke rumah mereka masing-masing, sementara puluhan jasad yang meninggal di tempat segera di evakuasi," kata Chamberlain Bama, kepala dokter di rumah sakit setempat.

Seorang anggota parlemen dari Kota Bambari mengatakan, salah satu indikator terjadinya kecelakaan, yaitu kendaraan kelebihan beban dan melaju dengan kecepatan tinggi.

"Kendaraan itu melaju dengan kecepatan tinggi agar para penumpang dapat tiba di pasar tepat waktu. Terlebih truk itu membawa beban yang tak sesuai dengan kapasitas," ujar Bama.

Seorang pedagang lokal yang melihat kejadian tersebut mengatakan, kebanyakan korban yang meninggal duduk di truk bagian belakang.

Dalam beberapa dekade terakhir, kelalaian pengguna jalan kerap tak mematuhi aturan lalu lintas dan tak jarang yang menimbulkan kecelakaan.

Di sisi lain, kurangnya armada transportasi umum di wilayah tersebut mengakibatkan banyak orang di Republik Afrika Tengah yang menggunakan kendaraan truk sebagai angkutan penumpang, sehingga mengakibatkan muatan berlebih.

Seorang penduduk setempat bernama Hubert Tchenebou mengatakan, kejadian sejenis ini bukanlah yang pertama kali terjadi di wilayah tersebut.

"Ada polisi dan Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ada di wilayah tersebut, tetapi mereka membiarkan kendaraan bermuatan lebih tersebut tetap melaju kencang," ujar Tchenebou.

 

 

Saksikan juga video berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya