Film Karya Pelajar Berlaga di Festival Film Purbalingga 2017

Ini adalah penyelenggaraan Festival Film Purbalingga ke-11.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jul 2017, 17:20 WIB
Ini adalah penyelenggaraan Festival Film Purbalingga ke-11.

Liputan6.com, Purbalingga Sebanyak 38 film pendek karya pelajar SLTA mengikuti Festival Film Purbalingga (FFP) ke-11 pada 2017 ini. Penjurian ajang film yang digelar Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga ini dilakukan antara 8 Juli-5 Agustus mendatang.

Film tersebut diproduksi oleh pelajar dari lima kabupaten wilayah Banyumas Raya, yakni Kabupaten Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan tuan rumah Purbalingga, serta ditambah Kabupaten Kebumen.

“Ada tambahan. Tahun ini pelajar dari wilayah Kebumen turut ikut serta berkompetisi. Beberapa titik di wilayah tersebut juga menjadi lokasi penyelenggaraan program layar tanjleb,” ujar Nanki Nirmanto, Manajer FFP, Rabu malam, 5 Juli 2017.

Sebelumnya, kata dia, peserta FFP hanya berasal dari empat kabupaten, yakni Banyumas, Cilacap, Banjarnegara. Tahun ini Kebumen ikut ambil bagian.

Nanki mengemukakan, selain program kompetisi pelajar, FFP juga masih menghadirkan program nonkompetisi, pemutaran layar tanjleb, dan penghargaan khusus Lintang Kemukus. Program tambahan lainnya yang baru digelar tahun ini, yaitu "Nonton Bersama Tetangga" dan Plesir.

Foto dok. Liputan6.com


Program "Nonton Bersama Tetangga" hanya berlaku untuk wilayah Purbalingga. Program ini mengajak masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang menyedekahkan ruang tamu atau teras rumahnya, mengundang tetangga sekitar dan bersama menonton film-film pilihan Festival Film Purbalingga.

"Program wisata ‘Plesir’ ini mengajak wisatawan yang ingin merasakan selama sebulan penuh menjadi kru layar tanjleb, memasang layar, sound system berkeliling 16 titik penyelenggaraan desa di wilayah Barlingmascakeb," beber Nanki, dalam keterangan tertulisnya, Rabu malam.

Direktur CLC Purbalingga, Bowo Leksono mengatakan, tahun ini FFP bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk menyelenggarakan FFP 2017 dan Pusat Pengembangan Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Menurut dia, kehadiran Bekraf tidak hanya sekadar untuk membantu pendanaan, tetapi juga untuk membaca ulang peran sebuah festival film untuk sektor ekonomi kreatif di mana festival itu berlangsung.

"Sejak awal FFP selalu mengangkat potensi ekonomi kreatif lokal, utamanya dalam skala mikro. Salah satu yang mewujud adalah program Plesir Purbalingga, bekerja sama dengan Spektakel.id, FFP 2017 menghadirkan paket perjalanan wisata berbasis program Layar Tanjleb yang disertai produksi video promosi wisata dan ekonomi kreatif mikro Purbalingga dan Banyumas Raya," katanya.

Bowo menambahkan, program ini juga menyuguhkan focus group discussion (FGD) Pentahelix yang mempertemukan lima unsur pemangku ekonomi kreatif, yaitu akademisi, pengusaha, komunitas, pemerintah, dan media.

“Pokok bahasan utama adalah bagaimana sebuah festival film bisa terhubung dengan sektor-sektor kreatif lain di wilayah tersebut dan membentuk satu ekosistem yang saling mendukung dalam menguatkan lini kerja ekonomi kreatif,” pungkas Bowo. (Muhamad Ridlo)

Simak juga video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya