Menperin Incar Korsel Buat Tanam Dana di Morowali Rp 49 Triliun

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ingin agar investor Korea Selatan melakukan perluasan usaha ke kawasan industri luar Jawa.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Jul 2017, 13:53 WIB
Kawasan industri Morowali berdiri di atas lahan seluas 1.200 ha dengan investasi sekitar Rp 49,7 triliun yang difokuskan pada pengembangan bidang industri ferronikel.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ingin investor Korea Selatan melakukan perluasan usaha ke kawasan industri luar Jawa. Hal tersebut disampaikan pada The 8th Asian Leadership Conference dengan tema Invest in Indonesia: Nation of Abundant Natural and Human Resources di Seoul, Korea Selatan.

Airlangga mengatakan, sejumlah kawasan yang siap menampung investasi asing tersebut antara lain kawasan industri Sei Mangkei, Sumatera Utara dan kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah.

Menurut dia, kawasan-kawasan industri tersebut masuk dalam daftar proyek strategis nasional. Dengan demikian, pengembangan kawasan industri ini menjadi prioritas pemerintah.

“Kami fokus mendorong percepatan pembangunan kawasan industri luar Jawa sebagai salah satu upaya pemerataan ekonomi nasional,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (4/7/2017).

Airlangga menyatakan, pembangunan kawasan industri, khususnya di luar Jawa, berperan signifikan untuk mengakselerasi cita-cita pemerintah dalam mewujudkan Indonesia sentris. Apalagi, Indonesia berhasil meraih rating investment grade atau layak investasi yang diberikan oleh Standard & Poor's (S&P)

“Pemerintah telah menyiapkan beberapa wilayah menjadi pusat industri baru. Misalnya, kawasan industri Kuala Tanjung dan Sei Mangkei yang bisa menarik investasi untuk wilayah Sumatera. Kemudian, kawasan industri Morowali di Sulawesi Tengah dan Bitung di Sulawesi Utara diharapkan untuk pengembangan industri bagi wilayah Timur,” kata dia.

Kawasan industri Sei Mangkei berdiri di atas lahan seluas 2.002 hektare (ha) dengan investasi Rp 9,5 triliun, yang difokuskan pada pengembangan di bidang industri pengolahan CPO. Kemudian, kawasan industri Morowali, berdiri di atas lahan seluas 1.200 ha dengan investasi sekitar Rp 49,7 triliun, yang difokuskan pada pengembangan bidang industri ferronikel.

Airlangga menilai prospek pengembangan kawasan industri di Indonesia masih menjanjikan, seiring permintaan lahan kawasan industri yang semakin meningkat. Untuk itu, kawasan industri harus saling terkoneksi dan terintegrasi.

“Maka pengelola kawasan industri harus bersinergi dengan pemerintah daerah setempat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul," jelas dia.

Airlangga meyakinkan, apabila upaya-upaya tersebut terlaksana dengan baik, dapat meningkatkan daya saing kawasan industri sekaligus membawa dampak berganda terhadap perekonomian daerah dan nasional.

“Dalam tiga tahun ke depan, kami juga mendorong percepatan pembangunan kawasan industri di Tanjung Buton, Tanah Kuning, Gresik, Kendal, dan Serang,” tutur dia.

Hingga saat ini, sebanyak 73 perusahaan kawasan industri terdaftar menjadi anggota Himpunan Kawasan Industri (HKI) dengan total area seluas 54.650,52 ha.

"Kawasan industri telah berhasil merealisasikan beroperasinya industri manufaktur di dalamnya sebanyak 9.200 perusahaan yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3,68 juta orang,” papar Airlangga.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Korea Selatan adalah investor nomor tiga terbesar di Indonesia. Di sektor industri manufaktur, perusahaan-perusahaan Korea Selatan berkontribusi hingga 71 persen dari total investasi selama lima tahun terakhir sebesar US$ 7,5 miliar. Bahkan, pabrik-pabrik tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 900 ribu orang.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya