Aneh tapi Nyata, 5 Hal Baik Ini Dilakukan Para Diktator Bengis

Sejumlah diktator dunia yang terkenal bengis ternyata pernah melakukan hal-hal baik. Salah satunya Hitler.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 07 Jul 2017, 18:20 WIB
Salah satu titik pengolahan air dalam sistem irigasi padang gurun Libya difoto dari International Space Station oleh astronot Scott R. Kelly. (Sumber NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah banyak bercerita tentang para diktator bengis yang berkuasa menabur ketakutan dan kekerasan sehingga menjadi bencana bagi rakyatnya dan juga bangsa-bangsa lain.

Namun demikian, sejumlah diktator terkenal juga ada yang pernah melakukan hal-hal baik --walaupun tentu saja hal-hal baik tersebut bukan menjadi dalih pembenaran bagi kekejian yang mereka dilakukan.

Diringkas dari Listverse.com pada Jumat (7/7/2017), berikut ini adalah 5 hal baik yang berasal dari para pemimpin bengis dan kejam dari berbagai bagian dunia dan periode:


1. Adolf Hitler dan Kampanye Anti-Merokok

Adolf Hitler (AP)

Sebuah program kesehatan yang berhasil menyelamatkan sekitar 20 ribu wanita merupakan pencapaian besar bagi seorang politisi.

Hal itu pernah dilakukan oleh seorang pemimpin bengis yang secara ironis membasmi sekitar 11 juta orang yang terdiri dari kaum Yahudi, homoseksual, gipsi, komunis, dan mereka yang menderita disabilitas.

Tapi, program kesehatan yang dimaksud sebenarnya merupakan salah satu kampanye anti-merokok yang pertama kalinya dilakukan oleh suatu pemerintah. Hitler memandang merokok sebagai ancaman pada kesehatan warga Jerman.

Ia berulang kali menegaskan bahwa ia telah berhenti merokok pada 1919 dan tampil dalam selebaran anti-merokok berisi peringatan bahwa "setiap warga Jerman bertanggungjawab pada keseluruhan warga untuk perbuatan dan kekurangannya, dan tidak punya hak untuk merusak tubuhnya menggunakan obat-obatan."

Para ilmuwan Nazi didorong untuk melakukan penelitian tentang bahaya merokok. Pada 1939, Franz Muller menerbitkan penelitian epidemiologis pertama yang mengkaitkan rokok dengan kanker.

Menjelang 1943, para peneliti Jerman telah mencapai kesimpulan bahwa merokok menyebabkan kanker paru-paru.

Sayangnya, penelitian-penelitian itu terabaikan dalam kisruh seusai perang. Perlu sekitar satu dekade kemudian hingga akhirnya para peneliti Amerika Serikat mencapai kesimpulan yang sama.

Kampanye anti-merokok oleh Nazi diperkirakan telah menyelamatkan setidaknya 20 ribu wanita warga Jerman.

Kaum wanita dibidik secara khusus dibandingkan dengan kaum pria, bahkan melalui penugasan polisi. Anehnya, kebanyakan dokter yang menjakankan program anti-merokok itu juga terlibat dalam hal keji, euthanasia yang menewaskan lebih dari 200 ribu orang.


2. Genghis Khan dan Kebebasan Beragama

Dengan taktik yang tiada ampun dan pasukan yang setia, Genghis Khan merebak ke seantero Asia, lalu menuju Eropa. (Sumber François Philipp/Flickr)

Sudah banyak hal yang disebutkan terkait degan Genghis Khan. Pasukannya bermula dari dataran tinggi Mongolia, lalu merambah ke Eurasia sambil membinasakan kerajaan-kerajaan purba dan membunuh setidaknya 40 juta orang -- setara dengan 11 persen penduduk dunia pada masa itu.

Menurut Julia Pongratz dari Carnegie Institution for Science, pembantaian oleh pasukan Genghis Khan melenyapkan 700 juta ton karbon dari atmosfer. Ya, sedemikian banyaknya manusia yang telah dibantainya sehingga dampak keluaran karbon akibat hal itu pun terasa.

Tapi, Genghis Khan bukan sekedar menghancurkan. Ia juga bermaksud membangun bangsa Mongol. Pada 1208 ia menangkap cendekiawan Uygur bernama Tatar-Tonga, lalu ia menyerap alfabet Uygur untuk menciptakan alfabet mula-mula bagi penulisan dalam bahasa Mongol.

Genghis juga menciptakan undang-undang dan memberlakukannya di seluruh wilayah kekuasaan. Yang menarik, Genghis bersikeras agar undang-undang itu diberlakukan juga bagi dirinya, bukan hanya bagi rakyatnya.

Dalam dunia monarki yang kerap berada di atas hukum, hal tersebut merupakan langkah luar biasa walaupun keturunannya langsung membatalkannya di kemudian hari.

Genghis menunjuk saudara tiri lelakinya menjadi hakim agung dan mendorongnya untuk mencatat semua keputusan hukum. Khan juga memberikan kebebasan beragama kepada setiap warga di dalam wilayah kekuasaannya dan menciptakan status bebas pajak bagi tempat-tempat ibadah.

Ia sendiri dikenal sebagai seorang yang sangat religius dan terkadang berdoa dulu sebelum melakukan ekspedisi-ekspedisinya. Ia juga sengan berbincang tentang agama dan filsafat bersama sengan para cendekiawan, termasuk cendekiawan Taoisme bernama Qiu Chuji.


3. Khadafi dan Proyek Irigasi Terbesar Sedunia

Muammar Khadafi. (Sumber Flickr)

Muammar Khadafi meraih kekuasaan melalui kudeta tak berdarah pada 1969 walaupun masa pemerintahannya kemudian dikenal amat berdarah. Libya menjadi negara polisi dan para musuh penguasa dipenjara serta dibunuh.

Melarikan diri ke luar negeri juga percuma karena sang diktator mengirim petugas pembunuhan mengejar para pembangkang di luar negeri. Khadafi juga dikenal sebagai pendukung terorisme, termasuk peledakan penerbangan Pan Am 103 di atas Lockerbie, Skotlandia, yang menewaskan 270 orang.

Di sisi lain, selama masa pemerintahannya, warga Libya mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, dan listrik gratis. Perumahan dan transportasi juga mendapatkan subsidi.

Tapi, Libya adalah negeri berpenduduk 6 juta orang dengan GDP dari minyak bumi senilai US$ 32 juta per tahun. Angka pengangguran bertengger pada 30 persen dan kemiskinan merajalela. Dengan demikian, program sosial yang dilakukannya dipandang terlalu sedikit dan kaum elite menikmati jutaan dolar.

Setidaknya ada satu proyek yang mengesankan. Libya adalah salah satu negara terkering sedunia dan harus mengandalkan curah hujan langka sepanjang pantai, badan air bawah tanah, dan proyek-proyek desalinasi yang mahal.

Ketika Khadafi naik ke tampuk kekuasaan pada 1969, badan-badan air sepanjang pantai tercemari air laut. Kota Benghazi tidak punya air layak minum. Sang pemimpin kemudian mengembangkan Proyek Besar Sungai Buatan Manusia, suatu proyek ambisius yang memompa air dari badan air (aquifier) raksasa di selatan untuk dikirim ke utara.

Proyek dua tahap itu selesai pada 1990-an sehingga menyediakan air tawar bagi sekitar 70 persen populasi Libya. Proyek itu terdiri dari jejaring 1300 sumur dan 5000 kilometer pipa.

Sistem itu mampu memompa 5 juta meter kubik air per hari dan badan air itu cukup besar untuk menyediakan air selama 1.000 tahun ke depan. Selain itu ada juga rencana tambahan untuk menghijaukan gurun dan menciptakan pertanian luas di kawasan-kawasan yang tidak produktif selama ini.

Namun demikian, proyek itu tersendat pada 1990-an karena sanksi yang dijatuhkan setelah peledakan Lockerbie dan terhenti seluruhnya selama perang sipil Libya pada 2011 ketika NATO membom salah satu fasilitas penting.


4. Fidel Castro dan Layanan Kesehatan serta Pendidikan

Fidel Castro. (Sumber Wikimedia Commons)

Setelah meraih kekuasaan pada 1959, Fidel Castro mengubah Kuba menjadi negara diktator berpartai tunggal. Ribuan warga Kuba terpaksa mengungsi. Sejumlah pembangkang dihukum mati dan banyak yang dipenjara.

Pihak Amnesty International dan Human Rights Watch menyebut pemerintahannya sebagai salah satu pelanggar terparah HAM. Tapi setidaknya Castro boleh membanggakan beberapa pencapaian.

Misalnya, Amerika Serikat (AS) dan Kuba memiliki angka harapan hidup yang kira-kira sama, walaupun AS menggelontorkan dana per kapita 20 kali lebih banyak dibandingkan Kuba.

Hal itu bisa tercapai karena adanya sistem layanan kesehatan nasional yang diciptakan oleh Castro walaupun sekitar setengah jumlah dokter Kuba telah meninggalkan negeri itu ketika ia merebut kekuasaan.

Pada 1959, sekitar seperempat warga dewasa Kuba buta huruf. Sekarang, buta huruh hampir tidak ada lagi.

Setelah revolusi, rezim Castro membagikan tanah kepada para petani gurem (tanpa tanah), menciptakan perumahan-perumahan baru untuk menggantikan kawasan kumuh dan kota-kota gubuk, dan memperkenalkan sistem pendidikan universal.

Kuba juga mumpuni untuk urusan kesiapan menghadapi badai. Setiap blok di Kuba memiliki seseroang yang ditugaskan sebagai kapten untuk membantu dalam evakuasi wajib. Kemudian, bus dan truk pemerintah mengangkut warga ke penampungan-penampungan yang telah ditetapkan.

Hasilnya, ketika Badai Gustav melanda Kuba, tidak ada satupun korban manusia. Padahal, badai yang sama menewaskan 26 orang di Louisiana, AS. Diplomat Wayne Smith saat itu mengatakan, "Ada banyak yang bisa AS pelajari dari sistem tanggapan badai Kuba."


5. Napoleon dan Hukum Prancis

Lukisan Kaisar Napoleon di ruang belajarnya di Tuileries oleh Jacques-Louis David. (Sumber Wikimedia Commons/Google Art Project )

Napoleon adalah pahlawan bagi sebagian pihak, tapi penjahat bagi pihak lainnya. Ia memimpin Prancis melewati Perang 30 Tahun yang merupakan konflik paling berdarah di Eropa.

Sebagai akibat langsung keberingasan pasukan Napoleon, sekitar 2 juta orang meninggal dunia dan jutaan warga sipil lainnya menjadi korban tidak langsung. Secara khusus, peperangan berlangsung brutal di Spanyol karena pasukan Napoleon menjalankan eksekusi besar-besaran terhadap terduga gerilyawan.

Walaupun brutal, setidaknya Napoleon masih menerima prinsip-prinsip pencerahan. Misalnya, ia mempromosikan hukum yang dikenal sebagai Undang-undang (UU) Napoleon yang sekarang ini dianggap sebagai dokumen paling berpengaruh dalam sejarah dunia.

UU itu mencakup suatu prinsip bahwa semua warga pria dipandang setara, tanpa keistimewaan kelas keturunan, dan menjabarkan hak dan kewajiban warga di dalam masyarakat. UU itu juga mencantumkan kebebasan beragama dan menjamin bahwa pemerintah menghormati hak properti pribadi.

Berbagai variasi UU itu kemudian diserap oleh banyak negara di Eropa dan Amerika Selatan, sekaligus menjadi pengaruh besar bagi para pelaku reformasi di Asia.

Tapi, UU itu memiliki kekurangan. Misalnya, kaum wanita dilarang memiliki hak yang setara, dan dianggap menjadi bawahan suami mereka. Aspek-aspek UU itu telah ditentang oleh para pegiat hak-hak wanita di seluruh dunia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya