Liputan6.com, Jakarta Kicauan Marco Kusumawijaya di Twitter, menyinggung hati Dewan Adat Kalimatan. Salah satu anggota tim Sinkronisasi Anies-Sandi itu menyorot masalah perpindahan ibu kota.
Baca Juga
Advertisement
Akan tetapi, pertanyaan Marco terdengar terlampau sinis, sehingga memicu kegeraman Dewan Adat Kalimantan. "Kira-kira, korupsi meningkat kah kalau kantor-kantor pemerintah pindah ke Kalimantan? Apakah media akan buka kantor di sana? Atau biar monyet-monyet yang jadi saksi?" tulis Marco di akun Twitternya.
Kicauan itu menuai respons tegas dari salah satu anggota Dewan Adat Kalimantan, Helmi Djamanie. Warga asli Kalimantan bergelar Dayak Dambung dari Dewan Adat Dayak Katingan itu mengirim surat terbuka untuk Marco.
Helmi mengaku sangat keberatan dengan pertanyaan sinis Marco, terkait apakah hanya monyet saja yang akan menjadi saksi jika terjadi korupsi ketika ibu kota pindah ke Kalimantan. Menurutnya itu sama saja meniadakan keberadaan masyarakat Kalimantan.
"Makhluk di Pulau Kalimantan tidak hanya monyet, karena masih ada kami warga asli Kalimantan yang memiliki Adat, Istiadat dan Adab yang akan terus membangun dan menjaga Keutuhan, Persatuan dan Kesatuan untuk NKRI," tulis Helmi dalam surat terbukanya.
Selain surat terbuka, kicauan Marco itu memicu reaksi dari warganet. Kicauan Marco dianggap tidak pantas dan dapat merusak semangat persatuan. Warganet malah menduga, kicauan Marco itu didasari atas ketaksetujuannya terkait wacana perpindahan ibu kota, lantaran dirinya adalah Tim Sinkornisasi Gubernur Terpilih, Anies-Sandi.
(war)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6