Liputan6.com, Hamburg - Hadir di Konferensi Tingkat Tinggi G20, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mendorong peran negara-negara anggota G20 untuk bersatu memerangi kejahatan terorisme.
Dikutip dari laman Voice of America, Sabtu (8/7/2017), dalam sambutan KTT G20 Leader's Retreat sesi I mengenai terorisme di Hamburg Messe Und Congress Jerman, Presiden Jokowi menyampaikan, dibutuhkan kerja sama antar negara di seluruh dunia untuk memerangi terorisme.
"Apakah kita menyerah kepada teror? Apakah kita akan tetap diam? Kita tak boleh menyerah, kita tak boleh tinggal diam, kita harus bersatu untuk memerangi ancaman terorisme, ujar Jokowi.
Presiden Jokowi juga memastikan pendekatan yang imbang antara penegakan hukum dan non hukum merupakan solusi paling ampuh dalam pemberantasan aksi terorisme. Program deradikalisasi yang dilakukan di Indonesia dapat menurunkan tingkat keinginan para mantan teroris untuk mengulang aksinya kembali.
"Senjata dan kekuatan militer tak dapat memberantas terorisme. Pikiran yang sesat hanya bisa dikoreksi dengan cara berpikir yang benar. Untuk itu, pendekatan soft power berupa deradikalisasi dapat terus dilanjutkan," tegas Jokowi.
ISIS di Marawi
Salah satu contoh yang diangkat oleh Presiden Jokowi adalah kasus yang terjadi di Marawi. Sebuah kota di selatan Filipina yang kini dikuasai oleh jaringan kelompok teror. Hal ini tentu membuat banyak warga yang terpaksa menjadi pengungsi.
"Kasus Marawi merupakan salah satu contoh panggilan untuk kita semua bahwa jaringan ISIS kini telah menyebar dan berhubungan dengan teroris lokal terus terjadi," ujar Jokowi.
Presiden Jokowi juga menyampaikan, salah satu langkah guna memerangi aksi ini dengan perundingan trilateral antara Indonesia, Malaysia dan juga Filipina yang telah dilakukan. Kawasan ASEAN juga telah bekerja sama dengan pemerintah Australia dalam upaya pemberantasan terorisme.
Baca Juga
Advertisement
Jokowi menghimbau kepada negara-negara G20 untuk meningkatkan pengawasan terhadap aliran dana jaringan kelompok radikal dan terorisme. Untuk itu, Indonesia mengapresiasi dukungan para negara G20 terhadap proses keanggotaan Indonesia dalam The Financial Action Task Force (FATF).
"Dengan kemampuan teknologi dan informasi, G20 harus menjadi kekuatan pendorong dalam penyebaran kontra naratif dengan penekanan pada gerakan moderasi dan penyebaran nilai-nilai damai dan toleran," ujar Presiden.
Jokowi pun mendorong negara G20 agar bisa menjadi kekuatan dalam upaya mencarikan solusi akar masalah yang timbul akibat dari ketidakadilan dengan memperkuat pemberdayaan ekonomi yang inklusif.
Jokowi juga mengajak negara-negara G20 agar dapat mengembangkan kerja sama dalam bidang pertukaran intelijen, penanganan FTF (Foreign Terrorist Fighters) dan pengembangan capacity building.
Salah satu bukti deradikalisasi yang berhasil diterapkan di Indonesia adalah, hanya tiga dari 560 mantan aktor teroris atau hanya 0,53 persen orang yang berkeinginan melakukan aksi terorisme kembali, demikian seperti dikatakan Jokowi.
Pemerintah Indonesia juga telah merekrut pengguna akun sosial media untuk menyebarkan pesan perdamaian.
"Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama berperan penting dalam menyebarkan perdamaian dan ajaran Islam yang toleran," ujarnya.
Di akhir sambutan, Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk.
"Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia," tambahnya.
Dengan posisi yang unik tersebut, Indonesia berkomitmen menjadi bagian dari upaya global untuk memberantas terorisme serta menyebarkan perdamaian dan toleransi.
Saksikan juga video berikut ini: