Deteksi Autisme Sejak Dini dengan MRI

Autisme dapat dilacak dengan pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk menemukan bagian otak yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Okt 2010, 08:32 WIB
Liputan6.com, Los Angeles:  Autisme  adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau memiliki dunia sendiri. Biasanya autisme sulit sekali dideteksi saat anak masih sangat dini. Namun, Universitas Negara Bagian Utah mengungkapkan, autisme pada anak-anak bisa dilacak pada usia dini dengan menggunakaan pencitraan MRI.

Pencitraan resonansi magnetik atau lazim disebut MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) awalnya disebut NMR ( Nuclear Magnetic Resonance). Fokus pasien sudah didiagnosis dengan autisme, peneliti menggunakan MRI untuk menemukan bagian otak yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Peneliti mengungkapkan bahwa ini disebut hot spot, pusat untuk fungsi motor, perhatian, pengenalan wajah dan perilaku sosial - jenis perilaku yang abnormal pada orang dengan autis.

"Kami tahu dua belahan (otak) harus bekerja sama untuk berbagai fungsi otak," kata seorang peneliti yang juga sebagai asisten profesor radiologi, Jeffrey S Anderson.

"Kami menggunakan MRI untuk melihat kekuatan koneksi ini dari satu sisi ke sisi yang lain pada pasien autisme," jelasnya.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan pencitraan MRI untuk mencari perbedaan pola aktivitas otak di mikro jaringan materi putih di 80 pasien autisme antara usia 10 dan 35. Jaringan ini dikenal dengan perannya dalam komunikasi antara berbagai wilayah otak. Defisit komunikasi antara dua belahan otak itu dapat ditemukan oleh scan MRI. Namun, peneliti juga menemukan perbedaan yang terlihat, defisit komunikasi tidak ditemukan dalam otak manusia normal.

Para peneliti  juga mencatat bahwa ukuran otak meningkat di kalangan anak-anak didiagnosis sebagai autisme. Hal tersebut tidak memiliki perbedaan yang jelas antara struktur otak pasien autis dan pasien yang tidak autis. (Xinhua/MEL)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya