Kota Tua Hebron Jadi Warisan Budaya Palestina, Israel Berang

UNESCO menetapkan Hebron, sebuah kota tua di Tepi Barat sebagai situs warisan dunia milik Palestina. Israel pun bereaksi atas kebijakan itu.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Jul 2017, 19:48 WIB
Polisi Israel berjaga di dekat Gua Para Leluhur dan Masjid Ibrahimi yang lokasinya berdekatan (AP Photo/Bernat Armangue, File)

Liputan6.com, Krakow - Badan warisan dunia PBB (UNESCO) belum lama ini mengakui kota tua Hebron di Tepi Barat sebagai situs warisan dunia milik Palestina. Kebijakan ini memicu kemarahan Israel.

Berbagai upaya serius oleh Israel demi menggagalkan keputusan UNESCO tersebut tidak berhasil. Di kota tua tersebut terdapat situs suci umat muslim masjid Ibrahimi dan makam kuno Yahudi atau yang disebut pula Gua Para Leluhur (Cave of the Patriarchs).

Seperti dikutip dari The Guardian pada Minggu (9/7/2017), ada 12 negara yang mendukung permintaan Palestina untuk melabeli Hebron sebagai situs warisan dunia, sementara hanya tiga negara yang menentangnya. Adapun enam negara abstain.

Keputusan UNESCO tersebut juga menempatkan Hebron dalam daftar "bahaya" sehingga memungkinkan mengalirnya bantuan segera dari World Heritage Fund.

UNESCO setiap tahunnya akan mengevaluasi situasi di Hebron di mana terdapat ratusan warga Yahudi di antara lebih dari 200.000 masyarakat Palestina yang bermukim di sana. Kawasan itu berada di bawah perlindungan ketat militer Israel.

Pengawasan ketat militer di kota itu dinilai merupakan salah satu simbol pendudukan Israel yang paling kejam. Dan warga Palestina sendiri sudah cukup lama bermukim di sana.

Resolusi UNESCO mencatat Hebron sebagai salah satu kota tertua di dunia, yang berawal dari Zaman Tembaga atau telah berusia lebih dari 3.000 tahun SM dan sudah mengalami penaklukan oleh orang-orang Romawi, Yahudi, Tentara Salib, dan Mamluk.

Warga Yahudi meyakini bahwa makam Yahudi kuno di Hebron merupakan tempat dimakamkannya Ibrahim, Ishak, dan Yakub.

Pemungutan suara UNESCO yang berlangsung dalam pertemuan puncak tahunan diselenggarakan di Krakow, Polandia, pada Jumat waktu setempat.

Di tengah situasi yang memanas usai voting, utusan Israel untuk UNESCO Carmel Shama-Hacohen dilaporkan mendatangi meja ketua sidang dan menuding panitia tidak melakukan pemungutan suara secara benar-benar rahasia.

Dan setelah voting selesai, Shama-Hacohen mengeluarkan ponselnya dan dengan nada mengejek ia mengatakan, "Ini telepon dari tukang ledeng di apartemenku di Paris. Ada masalah serius di toilet dan ini jauh lebih penting dibanding keputusan yang baru Anda sahkan".

Palestina sendiri memuji resolusi UNESCO dan menyebutnya sebagai kemenangan diplomatik atas tekanan Israel dan AS untuk menggagalkan pemungutan suara. Utusan Palestina untuk UNESCO Elias Sanbar menegaskan, kebijakan lembaga PBB itu mengakui Palestina sebagai sebuah negara berdaulat.

"Palestina adalah sebuah negara berdaulat meski berada di bawah pendudukan. Negara bertindak sesuai haknya saat mengambil inisiatif mencalonkan kota ini masuk daftar situs warisan dunia," terang Sanbar.

Kementerian Luar Negeri Palestina dalam pernyataannya juga merespons positif kebijakan UNESCO. Mereka menyebutnya "sebuah keberhasilan dalam pertempuran diplomatik yang diperjuangkan Palestina dalam seluruh bidang, berhadapan dengan tekanan Israel dan AS".

Adapun PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, resolusi terkait Hebron merupakan "keputusan delusi UNESCO lainnya". Ia juga menegaskan Israel "akan terus menjaga Gua Para Leluhur demi menjamin kebebasan beragama bagi semua orang dan menjaga kebenaran".

"Kali ini mereka memutuskan bahwa makam kuno di Hebron adalah situs Palestina, berarti bukan milik Yahudi, dan itu berarti bahaya...," ujar Netanyahu.

Tak lama setelah keputusan UNESCO tersebut, PM Netanyahu mengumumkan pemotongan iuran sebesar US$ 1 juta ke PBB. Ia sampaikan, dana tersebut akan dialihkan untuk mendirimkan museum peninggalan Yahudi di pemukiman Kiryat Arba.

 

Simak video menarik berikut:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya