Jokowi, Pesawat Kepresidenan, dan 'Burung Emprit'

Menteri Sekretaris Negara Pratikno menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir dengan komitmen efisiensi anggaran Presiden.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 10 Jul 2017, 06:41 WIB
Presiden Jokowi tiba di Jerman guna menghadiri KTT G20. Jokowi disambut Dubes Indonesia untuk Jerman, Fauzi Bowo alias Foke. (Biro Pers Istana)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengajak serta seluruh keluarga dalam kunjungan ke Turki dan Jerman. Melihat hal ini, sebagian pihak meragukan komitmen Jokowi dalam upaya penghematan anggaran.

Menteri Sekretaris Negara Pratikno menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir dengan komitmen efisiensi anggaran Presiden. Sejak awal, komitmen itu tidak pernah berubah.

Jokowi memang baru pertama kali mengajak serta seluruh keluarganya ikut serta dalam kunjungan ke luar negeri. Itu pun seluruh biaya akomodasi ditanggung secara pribadi oleh Jokowi, sehingga tidak mengganggu anggaran negara maupun jatah kursi di Pesawat Kepresidenan.

Pada sisi lain, Jokowi memilih bertahan menggunakan Pesawat Kepresidenan-1 untuk menemani perjalanan bahkan hingga ke luar negeri. Pesawat jenis Boeing 737-800 ini tetap dipilih Jokowi meski harus menempuh penerbangan jarak jauh.

Pratikno sempat menawarkan Presiden untuk menyewa pesawat milik maskapai Garuda Indonesia guna menempuh perjalanan ke Amerika Serikat. Selain kapasitasnya jauh lebih besar, pesawat tidak perlu banyak transit hanya untuk mengisi bahan bakar.

"Anggarannya ternyata banyak sekali dan ketika kita menggunakan pesawat sendiri itu selisihnya besar, sangat besar. Karena kalau kita sewa pesawat itu berapa kali lipat, mungkin sekitar 5 kali lipat lebih mahal," jelas Pratikno di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (9/7/2017).

Jokowi kemudian meminta penjelasan kelemahan menggunakan pesawat kepresidenan untuk perjalanan jarak jauh. Selain harus transit mengisi bahan bakar, pesawat tidak banyak menampung penumpang.

Belum lagi kursinya datar saja. Kursi tidak didesain untuk menempuh perjalanan jauh, terutama untuk posisi tidur. Hal ini tidak hanya dirasakan Presiden, semua delegasi yang ikut juga merasakan hal yang sama.

"Akhirnya Pak Presiden memutuskan demi efisiensi memakai pesawat sendiri," ujar Pratikno.

Kondisi ini kerap menjadi bahan berkelakar dengan Presiden maupun para menteri. Ketika berjajar dengan pesawat dari negara lain, milik Indonesia seperti burung Emprit.

"Makanya saya bercanda, 'Pak kalau begitu namanya tidak naik Garuda tapi naik emprit. Kalau bahasa Jawanya atau naik burung kecil saja," tutur dia.

Hal serupa juga dirasakan Wakil Presiden Jusuf Kalla. JK menilai pesawat kepresidenan tidak seimbang dengan Indonesia yang notabene negara besar.

"Pak Wapres juga pernah mengatakan, 'Indonesia kan negara besar, pesawatnya kecil sekali.' Ketawa-ketawa Pak Wapres," sambung Pratikno.

Penjelasan ini bukan untuk menunjukkan niat pemerintah ingin membeli pesawat yang lebih besar. Ini disampaikan untuk menegaskan, komitmen Jokowi dalam hal efisiensi masih dipegang teguh.

"Bukan berarti kita ingin pesawat besar, tidak. Tapi kita ingin menunjukkan justru efisiensi dilakukan," pungkas Pratikno.

Saksikan video berikut ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya