Koneksi 4G di Asia Pasifik Lampaui 3G dan 2G pada 2018

Negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Vietnam mendongkrak adopsi 4G di kawasan Asia Pasifik.

oleh Corry Anestia diperbarui 10 Jul 2017, 17:30 WIB
Ilustrasi layanan 2G, 3G, hingga 4G,

Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya penggunaan smartphone turut mendongkrak penetrasi internet di dunia, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Riset eMarketer menyebutkan, akan ada 1,33 miliar pengguna smartphone pada akhir 2017, dan naik menjadi 1,81 miliar pada 2021.

Kawasan Asia Pasifik mengalami pertumbuhan tinggi yang dipicu dari adopsi di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, India, dan Vietnam.

GSMA Intelligence memperkirakan adopsi 4G di kawasan Asia Pasifik mencapai 41 persen di 2018, melampaui penetrasi 2G (36%) dan 3G (23%). Pada 2020, penetrasi 4G di Asia Pasifik diprediksi mencapai 48 persen.

Sebagaimana dikutip dari eMarketer, Senin (10/7/2017), penetrasi 4G di negara maju di kawasan Asia Pasifik seperti Korea Selatan, Jepang, dan Australia memang sudah tinggi. Namun, kini penetrasi di negara-negara berkembang juga mulai menyusul.

Menurut riset, meningkatnya adopsi 4G di negara berkembang turut didorong oleh semakin agresifnya operator seluler dalam membangun jaringan 4G, termasuk semakin ketatnya persaingan tarif 4G murah di sana.

Kendati demikian, ada beberapa negara yang justru kini mulai mempersiapkan adopsi teknologi generasi kelima atau 5G. Mereka rela merogoh kocek hingga triliunan rupiah untuk membangun infrastruktur jaringan 5G.

Tiongkok, misalnya. Menurut China Academy of Information and Communications, Negeri Tirai Bambu itu akan menginvestasikan US$ 411 miliar untuk jaringan mobile 5G pada 2020 dan 2030 mendatang.

Kemudian, ketiga operator seluler di Jepang berkolaborasi untuk mengimplementasikan jaringan 5G, yang direncanakan komersial pada 2020. Kolaborasi ini akan memakan biaya sebesar US$ 45,7 miliar.

(Cas/Isk)

Tonton Video Menarik Berikut Ini

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya