Liputan6.com, Jakarta - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami gangguan pada Senin (10/7/2017). Hal itu dinilai mempengaruhi minat investor untuk bertransaksi saham di awal pekan ini.
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun cenderung lesu. Memasuki sesi kedua perdagangan saham pada awal pekan ini, IHSG bergerak melemah 32,38 poin atau 0,56 persen ke level 5.781,89 pada pukul 15.11 WIB. Indeks saham LQ45 susut 0,77 persen ke level 969. Seluruh indeks saham acuan tertekan.
Ada sebanyak 178 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 120 saham menguat dan 104 saham diam di tempat. Transaksi saham pun tidak ramai. Tercatat transaksi saham hanya Rp 2,8 triliun. Padahal biasanya rata-rata transaksi harian saham sekitar Rp 7,6 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 122.869 kali dengan volume perdagangan 3,5 miliar saham.
Baca Juga
Advertisement
Investor asing melakukan aksi jual Rp 336,29 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.394.
Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menuturkan, pelaku pasar cenderung kurang berminat untuk transaksi saham. Pelaku pasar dinilai menunggu hingga transaksi perdagangan saham lebih normal.
"Secara umum ada gangguan turut mempengaruhi transaksi saham. Biasanya transaksi saham Rp 5 triliun-Rp 6 triliun. Ini cukup banyak berkurang," ujar Aditya saat dihubungi Liputan6.com, Senin pekan ini.
Aditya menuturkan, bila kembali terjadi gangguan sistem pada perdagangan saham maka dapat pengaruhi transaksi harian saham. "Iya pasti. Transaksi kecil lagi," kata dia.
Sebelumnya gangguan pernah terjadi di BEI pada 2009. Perdagangan saham berhenti pukul 14.26 waktu JATS. Aditya mengatakan, gangguan teknis bila kembali terjadi dapat pengaruhi sikap pelaku pasar. Hal itu dapat mendorong kekhawatiran investor sehingga bisa menekan IHSG. Oleh karena itu, Aditya mengharapkan ada gangguan sistem perdagangan dapat dihindari. "Risiko memang tidak bisa dihindari tapi jangan sampai terjadi lagi," ujar dia.
Selain ada gangguan, menurut Aditya, tekanan IHSG juga didorong dari makro ekonomi. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hampir 3 persen dalam RAPBN-P 2017 dapat menjadi sentimen negatif. "Pelaku pasar cermati risiko defisit APBN. Risiko defisit hampir 3 persen ini triger pasar saham jadi negatif," kata dia.
Akan tetapi, Aditya menilai, selama defisit karena pembiayaan berkualitas dengan utang dipakai untuk belanja produktif seperti pembangunan infrastruktur maka dapat jadi sentimen negatif. Sedangkan dari sentimen eksternal, Aditya menilai, tidak terlalu pengaruhi pasar. Pada pekan lalu, data tenaga kerja Amerika Serikat dirilis dengan pertumbuhan tenaga kerja di sektor non pertanian sekitar 222 ribu pada Juni 2017. Ditambah hasil pertemuan G20. "Sentimen global tidak terlalu impact," ujar dia.
Sebelumnya perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami gangguan pada awal pekan ini. Perdagangan saham terpantau terhenti. Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono mengatakan, hal tersebut karena gangguan teknis.
"Dengan ini kami menginformasikan bahwa, terdapat gangguan di Bursa Efek Indonesia pada hari ini, Senin 10 Juli 2017, pukul 08.52 WIB. Kami mendapati bahwa terdapat gangguan teknis pada penyebaran informasi dari datafeed," kata dia dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin pekan ini.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: