Kisah Mahasiswi Cantik Joanna Palani yang Jadi Dewi Kematian ISIS

Diklaim telah membunuh 100 anggota ISIS, mahasiswi cantik Joanna Palani menjadi Dewi Kematian yang paling ditakuti

oleh Novi Nadya diperbarui 10 Jul 2017, 21:30 WIB
Gaya andalan Joanna Palani sebagai seorang sniper (Foto: Instagram Joanna Palani)

Liputan6.com, Jakarta Mahasiswi cantik asal Kopenhagen, Denmark, Joanna Palani (23) memilih untuk meninggalkan segala kenyamanan dan masa depannya untuk pergi ke Irak demi memerangi Islamic State in Iraq and Syria (ISIS). Ia bergabung dalam barisan Angkatan Bersenjata Pemerintah Regional Kurdistan di Irak, Batalyon Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) sebagai penembak runduk atau sniper pada 2014 silam.

Sekilas, ia lebih cocok menjadi bagian dari keluarga Kim Kardashian ketimbang harus berjibaku di medang Perang. Dengan proporsi wajah yang sempurna dan bentuk tubuhnya yang curve, rasanya bisa menjadi modal sebagai model atau selebritas. Wajah unik dan cantik tersebut didapat dari darah keturunan Denmark dan Kurdi. 

Namun seperti kata pepatah, Don't judge a book by its cover, selama masa penempaannya di camp, Joanna justru menunjukkan keahliannya dalam menembak. Berbekal dua senapan, SVD Dragunov dan Kalashnikov, wanita berambut pirang ini sudah membunuh lebih dari 100 anggota ISIS di Irak dan Suriah.

Karena kepiawaiannya membidik ia pun dijuluki Lady Death. Dalam foto-foto yang diunggah di instagramnya @joannajoliepalani ia terlihat sangat bangga memakai seragam kamuflase, ia mengepang rambutnya seperti Lara Croft dalam film Tomb Rider dan memakai scarf untuk menutupi kepalanya.

Sebelum pindah ke Denmark pada usia 4 tahun, ia sempat merasakan hidup di pengungsian. Ia juga merasakan kerasnya bertahan dalam peperangan yang membuat psikis dan mentalnya berbeda dari perempuan kebanyakan.

Ia pun kembali mengulang momen masa kanak-kanak yang menakutkan saat bertempur di medang perang. Ia harus berpindah lokasi setiap tiga hari dan kesulitan finansial.

"Setiap malam saya kedinginan, dan pergi tidur dalam kondisi kelaparan," ujarnya secara eksklusif pada dailymail.co.uk.

Meski ia dianggap pahlawan di Irak, justru ia dilabeli sebagai teroris di negaranya. Sebab, ia memilih untuk terlibat dalam peperangan dengan ISIS. Ia pun dijebloskan ke penjara sebelum akhirnya mendapat protes dan dibebaskan sebelum Natal 2016. 

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya