Harga Emas Naik dari Posisi Terendah di Maret

Pedagang berharap para bank sentral kembali memperketat kebijakan moneternya yang akan berdampak ke harga emas.

oleh Nurmayanti diperbarui 11 Jul 2017, 06:45 WIB
Permintaan emas menguat terutama dari India membuat harga emas semakin berkilau di awal pekan.

Liputan6.com, New York Harga emas menguat tipis dari posisi terendahnya sejak pertengahan Maret, di tengah penantian pedagang akan sinyal Bank Sentral untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya. Harga emas memang sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga.

Melansir laman Reuters, Selasa (11/7/2017), harga emas di pasar spot   yang pekan lalu turun 2,3 persen, kini naik 0,07 persen menjadi US$ 1.213,61 per ounce. Ini usai mencapai posisi terendah sejak 15 Maret US$ 1.204.45 per ounce.

Adapun emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus naik US$ 3,50, atau 0,29 persen menjadi US$ 1.213,20 per ounce.

Pedagang berharap para bank sentral kembali memperketat kebijakan moneternya. Alasan kenaikan mulai dari data pekerjaan AS yang lebih baik dan angka ekspor Jerman yang kuat. 

Pedagang masih menanti keputusan Bank Sentral AS (The Fed), di mana Gubernur Janet Yellen akan membahasnya di kongres.

"Kami mengulur-ulur tepat setelah penjualan sedikit berkurang pada hari Jumat. Banyak orang yang menunggu kesaksian Janet Yellen pada minggu ini," kata Phillip Streible, broker komoditas senior RJO Futures di Chicago.

Keyakinan tentang Global Growth Outlook juga berdampak ke harga emas.

Obligasi 10-tahun AS telah memberikan imbal hasil besar sejak akhir Juni.
Sementara harga emas turun hampir 7 persen dari posisi tertingginya US$ 1.295,97 pada bulan lalu.

Adapun harga perak naik tipis 0,45 persen menjadi US$ 15,65 per
ounce, setelah jatuh ke posisi US$ 15,16. Platinum turun 0,47 persen di US$ 899,25 per ounce dan paladium naik 0,27 persen pada US$ 840,78 per ounce.

Tonton video menarik berikut ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya