Liputan6.com, Jakarta - Memasuki hari kedua setelah kejadian, kasus pengeroyokan terhadap ahli Informasi Teknologi (IT) Hermansyah belum menemui titik terang. Sebaliknya muncul beberapa informasi yang membuat kasus ini semakin butuh waktu untuk diungkap secara tuntas. Bahkan kronologi kejadian pun memiliki versi berbeda.
Ada yang menyebut, iring-iringan mobil yang berujung senggolan. Sebagian lagi mengatakan, Hermansyah hanya bersama istri di dalam satu mobil.
Advertisement
Menurut versi keluarga, yang disampaikan adik Hermansyah melalui sahabat sang kakak Riza Falepi, saat pengeroyokan itu terjadi, Minggu dini hari 9 Juli 2017, Hermansyah hanya bersama istinya di dalam mobil.
"Jadi harus diluruskan, tidak ada iring-iringan bersama adik. Hermansyah hanya sama istri," kata Riza kepada awak media di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa 11 Juli 2017.
Selain Riza, rekan komunitas ITB Hermansyah, Akhmad Sarbini, juga memperkuat pernyataan tersebut.
"Info adiknya tidak ada iring-iringan, mobil hanya satu mobil, Hermansyah bersama istri. Setelah (Hermansyah) dipepet, turun dia, lalu ada mobil ketiga (mendekat), ada yang turun mengeroyok," kata dia menurut info yang didapat dari keluarga korban.
Setelah kejadian itu, ia melanjutkan, istri Hermansyah langsung melarikan mobil ke RS Hermina Depok. "Jadi istrinya yang menyelamatkan setelah itu, nyetir sampai rumah sakit. Setelahnya menghubungi rekan alumni, salah satunya Gandawan. Kita lalu komunikasi dengan dia," tandas Akhmad.
Sementara versi lainnya menyebutkan, pengeroyokan itu akibat senggolan mobil di Tol Jagorawi. Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Besar Andry Wibowo mengatakan, untuk sementara kasus ini diduga karena senggolan mobil di tol. Hermansyah tak terima mobilnya diserempet dan langsung mengejar mobil yang menyenggolnya.
Namun, kata Andry, saat Hermansyah memberhentikan mobil tersebut, datanglah mobil lain yang kemudian ikut berhenti hingga penumpang mobil tersebut ikut terlibat pengeroyokan.
"Korban marah, dikejar, dan sebenarnya mobil yang menyenggol sudah jauh. Kalau enggak dikejar, mungkin enggak terjadi, mungkin karena emosi makanya dikejar," kata dia.
Andry juga menyebutkan, tidak ada barang berharga milik Hermansyah yang hilang. Sehingga, untuk sementara kasus itu disebabkan senggolan hingga mengakibatkan perkelahian.
"Kalau modus, saya kira mobil korban diambil. Kalau dari cara pelaku bukan itu modusnya, dan paling nyata itu senggolan, emosional lalu terjadi perkelahian mulut terus dibacok," Andry menandaskan.
Ahli IT Hermansyah dikeroyok lima orang misterius di KM 6 Tol Jagorawi, di antara TMII dan Tol JORR, pada Minggu 7 Juli 2017 pukul 04.00 WIB. Pria 46 tahun itu dianiaya orang tak dikenal saat hendak pulang ke rumahnya di Kelurahan Tirtajaya, Depok, Jawa Barat.
Toyota Avanza yang dikemudikan Hermansyah tiba-tiba diserempet saat melintas di KM 6 Tol Jagorawi. Lalu, dia disuruh menepi dan diminta membuka pintu oleh para pelaku.
Hermansyah yang turun dari mobil langsung dikeroyok para pelaku yang berjumlah sekitar lima orang. Satu orang lainnya diduga menggunakan senjata tajam.
Akibat penganiayaan ini, Hermansyah terluka di beberapa bagian tubuhnya, di antaranya di kepala, leher, dan tangan. Hermansyah pun langsung dilarikan ke RS Hermina Depok oleh sang istri yang tengah bersamanya. Belakangan Hermansyah dipindah ke RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Saksikan video berikut ini:
Dugaan Mabuk dan SMS Teror
Polisi menduga, pengeroyok Hermansyah tengah mabuk saat berkendara. Kombes Andry mengatakan, hal ini berdasarkan kesaksian istri korban.
"Pelaku ini kemungkinan besar terpengaruh alkohol menurut saya, ya. Karena ceritanya zig-zag enggak keruan sehingga menyenggol mobil korban. Korban marah, dikejar, dipepet, dihentikan. Di situ kemudian terjadi," tutur Andry saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (11/7/2017).
Senggolan mobil itu pun akhirnya menjadi dugaan awal yang memicu pengeroyokan tersebut.
"Kalau menurut saya, trigger-nya kan itu. Senggolan mobil kemudian menjadi amarah. Kemudian menjadi penganiayaan terhadap korban. Itu kalau berbicara kita mengolahnya dari TKP," Andry menjelaskan.
Lepas dari versi berbeda tersebut, sahabat Hermansyah, Riza Falepi, mengatakan, ada SMS atau pesan pendek teror yang diterima sahabatnya sebelum pengeroyokan.
Namun, Riza mengaku tidak tahu isi SMS teror tersebut. Wali Kota Payakumbuh tersebut menyebutkan, sejauh ini cerita yang diutarakan Hermansyah belum sampai teror fisik.
"Herman pernah cerita diteror di SMS. Tapi saya tidak tahu SMS itu meneror apa, karena pekerjaan atau apa," ujar Riza di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Selasa.
Dia menambahkan, "Saya tidak pernah baca langsung SMS-nya, hanya diceritakan Herman. Kalau teror fisik belum sampai situ, Herman tidak pernah cerita mendapat teror fisik," ujar dia.
Riza mengaku sudah dekat dengan Hermansyah sejak tingkat satu di Institut Teknologi Bandung (ITB). Keduanya bahkan satu kos dan berteman hingga saat ini.
"Saya dekat sekali sampai sekarang. Dulu satu kosan, meski beda jurusan, tapi satu fakultas teknik. Sekarang juga masih sering kontakan. Saya ada kerja sama ingin mengembangkan koperasi berbasis IT. Nah, Herman yang membantu," kata dia.
Menurut Riza, Hermansyah adalah seorang pebisnis di bidang IT. Dia menjalin beberapa kerja sama dengan provider telekomunikasi nasional. "Memang bisnisnya di bidang IT, ada dengan Indosat, ada XL, yang saya tahu," Riza menandaskan.
Advertisement
Rekaman CCTV
Komnas HAM menduga, pengeroyokan Hermansyah merupakan kasus luar biasa. Dugaan itu muncul dari adanya luka serius di sejumlah bagian tubuh korban.
"Kalau kita lihat titik-titik lukanya, kita lihat tidak biasa. Ini dilakukan bukan orang biasa," kata Komisioner Komnas HAM Manager Nasution di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Senin 10 Juli 2017.
Dia lantas menunjuk titik vital korban seperti di leher dan pergelangan tangan. Titik-titik mematikan itu dinilainya hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja.
"Ini kan kalau orang biasa tidak tahu (titik vitalnya) karenanya patut diduga ya," lanjut dia. Karena itu, Komnas HAM meminta pengeroyokan Hermansyah ini dapat segera diungkap. Pengungkapan itu dapat dilakukan dengan dibantu CCTV yang terpasang di sepanjang jalan tol.
"Sebetulnya polisi bisa membuka CCTV itu, mengungkapnya secara cepat. Tapi kita belum mendengar CCTV itu dibuka atau belum. Tapi, kalau dalam beberapa hari ke depan ini tidak bisa diungkap ini, ya patut diduga bukan peristiwa biasa," papar Manager.
Namun demikian, Komnas HAM masih menaruh harapan positif agar insiden ini dapat tuntas diselesaikan. Polisi dapat bersikap profesional dalam merampungkan pengeroyokan ahli IT Hermansyah tersebut.
"Ya mudah-mudahan ini bisa terungkap, maka publik mengharapkan kepolisian bisa profesional," ujar Manager.
Wakil Ketua Lembaga Pelindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo sependapat dengan Komnas HAM bahwa pengeroyokan Hermansyah termasuk insiden yang tidak biasa alias janggal. Karena itu, ia menambahkan, wajib bagi LPSK untuk melindungi korban dan saksi kejadian, yakni Iriani, istri dari Hermansyah.
Terkait permintaan Komnas HAM, polisi mengatakan masih menelusuri keberadaan kamera CCTV yang menyorot kejadian pengeroyokan tersebut. Namun, sejauh ini, belum ditemukan rekaman yang memperlihatkan penyerangan itu.
"Enggak memperlihatkan itu (pengeroyokan). Memperlihatkan mobil wara-wiri saja," tutur Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo.
Menurut Andry, penyelidikan isi rekaman CCTV yang berada di lokasi penyerangan juga terkendala beberapa hal. Di antaranya, model kamera yang terbilang ketinggalan zaman sehingga membutuhkan langkah tambahan.
"Begini, di tol itu teknologi konvensional hitam putih. Jadi masih harus melewati satu langkah lagi. Yaitu, digital forensik. Supaya gambarnya itu yang diduga, bisa di-zoom atau terlihat lebih jelas," jelas dia.
Dia pun menyarankan agar ke depan teknologi kamera CCTV di tol tersebut dapat diperbarui sehingga mempermudah penyidik dalam mengungkap suatu kasus yang terjadi di dalam tol.
"Ke depan Jasa Marga harus memperbarui teknologi lampunya. CCTV-nya udah kuno. Maksud saya sebagai masyarakat tahu, lampu penerangan kan redup tuh, kek remang-remang, harus lebih terang. Terus CCTV harus teknologi tinggi. Karena kan orang bayar harus diberi keselamatan. Ke depan agar polisi bisa sangat dibantu," Andry menandaskan.
Sketsa Wajah
Kondisi Hermansyah sendiri saat ini dilaporkan stabil. Riza Falepi mengatakan, kondisi sahabatnya itu terus membaik di RSPAD Gatot Soebroto.
"Tadi menengok ke atas di situ tidak ada yang boleh masuk. Tapi ibu dan adik mengatakan, sudah bisa bicara, sudah stabil, dan ada keinginan untuk pindah (dari ruang ICU)," kata Reza di RSPAD Gatot Soebroto, Selasa.
Namun, Wali Kota Payakumbuh ini mengatakan, Hermansyah belum buka suara terkait pelaku pengeroyok dirinya. "Dia ngobrol biasa (tidak terkait pengeroyokan), malah nanyanya bagaimana kerjaan? Tapi dikatakan sudah diurus baik sama teman-teman," kata anggota Fraksi PKS ini.
Walau sudah bisa berkomunikasi, kata Riza, Hermansyah masih merasa sakit saat berbicara. Karenanya, dokter membatasi jumlah pengunjung yang hendak bertemu lulusan ITB itu.
"Masih terasa sakit kalau berbicara, jadi tidak bisa ditanya-tanya dulu," Riza menandaskan.
Guna mengungkap kasus pengeroyokan itu, Kepolisian Resor Kota Depok menyiapkan sketsa wajah yang diduga pengeroyok dan penganiaya Hermansyah.
"Kami penyelidikan untuk menggambarkan sketsa wajah yang diduga sebagai pelaku," kata Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Teguh Nugroho di Polres Depok, Jawa Barat.
Ia mengatakan, dari keterangan istri Hermansyah, Iriana, pihaknya mendapatkan gambaran wajah yang diduga menjadi pelaku penganiayaan pakar telematika itu. Bahkan, lanjut dia, Iriana menggambarkan secara jelas tentang si pelaku.
"Tadi kami mendapatkan tiga gambar yang diduga pelaku, dan dideskripsikan secara jelas oleh istri Hermansyah," ujar Teguh seperti dikutip dari Antara.
Namun begitu, dia belum bisa mempublikasikan sketsa wajah yang diduga sebagai pelaku penganiayaan tersebut. "Sketsa wajah masih kami pelajari. Kami silent dulu," kata dia.
Senin malam 10 Juli 2017, Polresta Depok meminta keterangan Iriana yang berkewarganegaraan Rusia ke Polresta Depok. Pemeriksaan untuk menggambarkan tentang ciri-ciri yang diduga sebagai pengeroyok Hermansyah.
Penyelidikan kasus tersebut ditangani secara gabungan antara Polresta Depok, Polres Jakarta Timur, dan Polda. "Hanya penyelidikan saja, karena kami di sini, saling tukar informasi Timur, dan Polda. Pengungkapan ini dilakukan pembagian tugas," jelas Teguh.
Advertisement