AS Uji Coba Sistem Pertahanan Anti-Rudal, Antisipasi Korut?

Dalam sebuah uji coba, sistem pertahanan anti-rudal milik Amerika Serikat berhasil mencegat simulasi peluncuran misil di Alaska.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 12 Jul 2017, 14:00 WIB
Sisitem anti-rudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) yang dipasang di Semenanjung Korea (AFP/DOD)

Liputan6.com, Alaska - Dalam sebuah uji coba yang dilaksanakan pada 11 Juli 2017, sistem pertahanan anti-rudal milik Amerika Serikat berhasil mencegat simulasi peluncuran misil di Alaska. Informasi itu disampaikan oleh Missile Defense Agency (MDA) di Kementerian Pertahanan AS.

Sistem pertahanan anti-rudal yang diuji coba itu merupakan jenis Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Demikian seperti yang diwartakan CNN, Rabu (12/7/2017).

"Saya sangat bangga dengan tim pemerintah dan kontraktor yang terlibat dalam uji coba itu. Tes tersebut berhasil mendemonstrasikan kapabilitas THAAD untuk mencegat dan menghancurkan ancaman misil," jelas Direktur MDA, Letnan Jenderal Sam Greaves.

Simulasi tersebut dilakukan beberapa minggu setelah Korea Utara meluncurkan rudal yang ke-11 pada 4 Juli 2017. Namun, menurut keterangan Kemhan AS, uji coba THAAD tidak ditujukan sebagai respons atas Korut.

Korea Utara melakukan uji coba Intercontinental Ballistic Misilles (ICBM) yang diluncurkan dari Paghyon, Provinsi Pyongan Utara. Rudal itu terbang selama 40 menit sejauh 930 kilometer ke Laut Jepang sebelum akhirnya jatuh di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang.

Melihat catatan ketinggian dan jarak yang mampu dicapai ICBM tersebut, CNN mengklaim bahwa uji coba misil merupakan tes tersukses yang pernah dilakukan oleh Korea Utara. Terutama, jika dibandingkan dengan uji coba misil pada 14 Mei 2017 (mencapai ketinggian 2.100 km), yang diklaim oleh Pyongyang sebagai salah satu tes rudal paling berhasil.

David Wright, Direktur Global Security Program dari Union of Concerned Scientist, menjelaskan, misil Korut tersebut berpotensi mampu mencapai jarak 6.700 kilometer atau sekiranya menjangkau wilayah AS, Alaska.

"Meski tidak dapat mencapai daratan AS, ICBM tersebut berpotensi menjangkau kawasan Alaska," kata David Wright.

Meski MDA membantah bahwa uji coba sistem-anti misil pada 11 Juli 2017 tidak ditujukan untuk merespons uji coba rudal Korut, berdasarkan penilaian Wright, tampak jelas bahwa simulasi THAAD merupakan bentuk antisipasi ancaman itu.

Pimpinan Komando Pasifik AS Laksmana Harry Harris pada Juni 2017 mengatakan, "Meski ada sejumlah perdebatan mengenai kapabilitas rudal Korea Utara, kami harus menanggapi serius segala anggapan itu dan harus meyakini bahwa klaim itu benar," jelasnya.


THAAD, Sistem Anti-Rudal Andalan AS

Produsen senjata dan alutsista militer asal AS, Lockheed-Martin, merupakan kontraktor utama THAAD.

Menurut laman elektronik Lockheed-Martin, satu paket THAAD terdiri dari tiga komponen utama, yakni sebuah sistem radar, seperangkat alat kontrol, komunikasi dan teknis (THAAD Fire Control, Communication, and support equipment atau TFCC), serta sebuah unit peluncur proyektil penghancur rudal.

Mekanisme kerja THAAD--jika sebuah misil lawan telah ditembakkan-- terbagi menjadi empat bagian.

Pertama, sistem radar canggih THAAD melacak kedatangan rudal dalam radius tertentu. Kerja radar itu serupa seperti yang digunakan pesawat tempur, yakni dengan mengindera suhu panas nuklir lawan yang ditembakkan.

Kedua, ketika sebuah radar telah menangkap suhu panas rudal lawan, informasi yang diterima kemudian diproses oleh perangkat TFCC. Perangkat itu mengalkulasikan lintasan rudal yang akan datang dan memprediksi lokasi target yang akan dituju.

Perangkat TFCC--layaknya sebuah sistem operasi komputer--mampu mengalkulasikan trayektori dan target rudal dengan tingkat akurasi sebesar 90 persen.

Ketiga, informasi yang telah diolah TFCC kemudian diterjemahkan menjadi sebuah perintah penembakan proyektil penghancur kepada unit peluncur misil THAAD. Unit peluncur itu kemudian menembakkan proyektil penghancur ke rudal lawan.

Keempat, jika tidak ada kesalahan teknis dan faktor tak terduga, proyektil misil yang ditembakkan unit peluncur THAAD pun akan menghantam misil lawan.

Uniknya, proyektil itu memanfaatkan tenaga kinetik rudal lawan sebagai daya penghancur dan tidak menggunakan hulu ledak. Hal itu mengurangi risiko ledakan berbahaya akibat berbenturan dengan rudal lawan. Proses mekanisme itu berlangsung dalam hitungan waktu yang cukup cepat.

 

Saksikan video menarik berikut :

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya