Empat Kelompok MBR Ini Jadi Target Pasar REI

REI mendorong lahirnya skim-skim pembiayaan yang memungkinkan kelompok pekerja sektor informal ini dapat membeli rumah.

oleh Muhammad Rinaldi diperbarui 12 Jul 2017, 12:15 WIB
REI mendorong lahirnya skim-skim pembiayaan yang memungkinkan kelompok pekerja sektor informal ini dapat membeli rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) telah mengikrarkan diri sebagai Garda Terdepan dalam Membangun Rumah Rakyat. Tahun ini, REI menargetkan dapat membangun sekitar 210.000 unit rumah subsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di seluruh Indonesia. Guna mencapai target tersebut, berbagai terobosan dilakukan asosiasi ini, baik dari sisi permintaan (demand) maupun pasokan (supply).

Ketua Umum DPP REI, Soelaeman Soemawinata mengatakan titik fokus pembangunan rumah rakyat oleh REI akan diprioritaskan pada empat target pasar yakni PNS, TNI/Polri, pekerja di sekitar kawasan industri, dan kelompok masyarakat sektor informal. Dengan target pasar tersebut, dia memastikan bahwa ke depan lebih dari 50 persen orientasi pembangunan rumah oleh anggota REI akan menyentuh penyediaan rumah untuk MBR.

Kami akan mendukung penuh pencapaian target pemerintah dalam membangun satu juta rumah. Ini bukan sekadar slogan, tetapi REI akan kerahkan semua potensi yang ada untuk memenuhi komitmen tersebut, kata Soelaeman yang akrab dipanggil Eman itu, yang ditulis Liputan6.com, Rabu (12/7/2017).

Dari sisi demand, REI dalam tempo singkat telah berhasil membuat program kerja sama penyediaan rumah rakyat yang terintegrasi dengan berbagai pihak yang menjadi target pasar rumah rakyat. Dengan begitu, seluruh komponen penting yang bisa mendorong sisi permintaan telah diberdayakan oleh REI.

Untuk dapat menjangkau pasar prajurit TNI/Polri, REI telah menjalin kerjasama pembangunan rumah rakyat dengan Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP) dan Mabes Polri. Sedangkan untuk pasar PNS, sudah dilakukan MoU dengan Korpri dan Bapertarum-PNS yang memback-up pembiayaannya. Terakhir, REI telah menandantangani kerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam penyediaan rumah bagi pekerja.

Sementara untuk target pasar kelompok masyarakat di sektor informal, diakui Eman, pihaknya masih menunggu menunggu regulasi pembiayaan yang lebih rinci sebelum masuk menyasar segmen pekerja informal.

REI mendorong lahirnya skim-skim pembiayaan yang memungkinkan kelompok pekerja sektor informal ini dapat membeli rumah, ujar Eman.

Hal itu bukan tanpa alasan. Menurut dia, merujuk data BPS, terungkap bahwa jumlah pekerja di sektor informal per Februari 2017 mencapai 58,35 persen dari jumlah orang yang bekerja di Indonesia yang diperkirakan sekitar 140 juta jiwa. Ini berarti ada potensi pasar perumahan sekitar 80 juta orang dari sektor informal yang dipastikan mampu menuntaskan angka kekurangan (backlog) rumah yang sekarang disebut-sebut mencapai lebih dari 11,4 juta unit.

Dorong Pasokan

Sementara dari sisi suplai, REI telah memulai program kerjasama antara pengembang besar dan pengembang kecil. Pada 2017, program kolaborasi pengembang besar dengan pengembang kecil ini akan dilakukan di 10 provinsi. Kerjasama tersebut diharapkan mampu meningkatkan kapasitas finansial, teknis, manajemen dan sumber daya manusia pengembang di daerah.

Intinya kami sadar bahwa mayoritas pengembang kecil di daerah itu menghadapi hambatan permodalan terutama dalam penyediaan tanah yang naik cepat sekali. Jadi, REI ingin memberi kesempatan kepada pengembang besar agar turut berperan dalam membangun rumah MBR di daerah. DPP yang memfasilitasi, ujar dia.

Tentu, lanjut Eman, ada perjanjian diantara kedua belah pihak yang saling menguntungkan. Bisa saja pengembang besar yang beli lahan, kemudian pengembang kecil di daerah yang membangun sekaligus mencari pasarnya. Polanya bisa juga penyertaan modal pengembang besar ke pengembang kecil. Kerjasama antar dua private sector sangat biasa dan bukan sulit untuk dilakukan.

REI juga memberi perhatian pada pembangunan rumah rakyat di daerah-daerah terluar, di pulau-pulau terpencil yang selama ini kurang mendapatkan pasokan rumah murah terjangkau. Saat ini misalnya, REI sedang melakukan pembangunan rumah subsidi di Mentawai (Sumbar) dan Lingga (Kepri). Berikutnya, tambah Eman, pembangunan juga akan menyentuh daerah-daerah pulau lainnya.

REI berharap, dengan berjalannya Program Sejuta Rumah dapat menjadi trigger (pemicu) bagi bisnis anggota-anggotanya di daerah. Karena mayoritas anggota REI adalah pengembang rumah subsidi yang tersebar di seluruh Indonesia. Semakin banyak pengembang di daerah yang bergerak, menurut Eman, maka lapangan kerja di daerah yang terbuka. Hal itu sejalan dengan keinginan Presiden Jokowi untuk mendorong pemerataan pembangunan di seluruh daerah di Tanah Air.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya