Liputan6.com, London - Produksi minyak Amerika Serikat (AS) sedang naik. Langkah selanjutnya yaitu mengalahkan pasar ekspor. Peningkatan produksi minyak mengubah AS menjadi salah satu eksportir minyak terbesar dalam beberapa tahun.
Hal itu berdasarkan prediksi konsultan energi PIRA. Konsultan energi itu memperkirakan, ekspor minyak AS akan tumbuh menjadi 2,25 juta barel per hari pada 2020. Kenaikan ekspor minyak ini sama dengan negara utama pengekspor minyak yakni Uni Emirat Arab dan Kuwait.
"Amerika Serikat berpotensi masuk 10 besar negara pengekspor terbesar di dunia," ujar Analis PIRA Jenna Delaney, seperti dikutip dari laman CNN Money, Kamis (13/7/2017).
Baca Juga
Advertisement
Kenaikan pasokan yang besar ini dinilai akan mengurangi kekuatan OPEC. Negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC mengekspor rata-rata minyak 25 juta barel per hari pada 2016. Arab Saudi menduduki daftar puncak ekspor pada tahun lalu. Ekspornya mencapai 7,5 juta barel per hari.
Kenaikan ekspor AS itu tidak terpikirkan beberapa tahun lalu. AS telah keluar dari bisnis pengekspor minyak selama 40 tahun ketika larangan pengiriman ke luar negeri diangkat pada 2015.
Delaney menuturkan, pertumbuhan ekspor AS terutama didorong peningkatan produksi shale. Industri minyak terpukul oleh jatuhnya harga minyak secara dramatis pada 2014. Produsen minyak utama pun dipaksa untuk menurunkan investasi dan menurunkan produksi. Akan tetapi, krisis membuat industri lebih kuat seiring operator menjadi jauh lebih efisien.
Berdasarkan data US Energy Information Administration, produksi minyak mentah AS tumbuh dengan mantap. Produksi minyak AS mencapai lebih dari 9 juta barel per hari pada Februari. Badan Energi Internasional memperkirakan, produksi minyak mentah AS akan tumbuh 780 ribu barel per hari pada tahun depan.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: