Liputan6.com, Probolinggo - Sukardi dan Nursijo melampiaskan amarah di depan sejumlah guru dan staf SMP Negeri 1 Dringu, Probolinggo, Jawa Timur. Hal itu mereka lakukan beberapa saat setelah hasil Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) diumumkan.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (13/7/2017), mereka protes lantaran cucu dan anaknya tidak masuk dalam daftar siswa yang diterima PPDB SMP 1 Dringu. Mereka mengaku mewakili enam wali murid lain yang bernasib sama.
Advertisement
Mereka mempertanyakan mengapa anak mereka yang memenuhi syarat, baik zonasi dan nilai UN, tidak diterima. Sementara ada siswa lain yang jauh dari syarat zonasi dan nilainya lebih rendah tetapi bisa diterima. Atas kejadian ini, keduanya pun menganggap pihak sekolah bermain curang dan tak adil.
Namun demikian, tuduhan adanya kecurangan dari panitia PPDB dan pihak sekolah dibantah oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Dringu. Mereka menyatakan proses PPDB telah sesuai prosedur.
Sebagai solusinya, panitia PPDB tetap akan menampung para murid untuk bersekolah. Namun, tidak di SMP Negeri 1 Dringu.
Sementara di Tambun Utara, Bekasi, Jawa Barat, sejumlah warga menyegel SMK Negeri 1 Tambun Utara serta menutup jalan masuk dengan batang pohon pisang dan bambu. Aksi ini dilakukan lantaran kecewa anak mereka tidak diterima di sekolah tersebut. Padahal, mereka adalah warga tidak mampu.
Kemarahan orangtua siswa akibat lemahnya sosialisasi dari pihak Dinas Dikbud Pemkab Bekasi maupun pemerintah pusat tentang PPDB. Sehingga, hal ini berdampak pada kekecewaan para orangtua.