Hasil Kajian UGM soal Pemindahan Ibu Kota ke Palangka Raya

UGM sudah mengkaji soal rencana pemindahan ibu kota ke Palangka Raya sejak 20 tahun lalu.

oleh Yanuar H diperbarui 13 Jul 2017, 13:02 WIB
UGM sudah mengkaji soal rencana pemindahan ibu kota ke Palangka Raya sejak 20 tahun lalu. (Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Wacana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Palangka Raya mencuat belakangan ini. Ternyata, wacana tersebut sudah dikaji mahasiswa Jurusan Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak 20 tahun lalu.

Ahli geologi dari UGM, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan secara kajian, pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Palangka Raya memungkinkan untuk dilakukan. Salah satu pertimbangannya adalah melihat Palangka Raya dari segi ilmu geologi.

"Palangka Raya yang berada di Pulau Kalimantan merupakan daerah yang relatif aman jika ditinjau dari ilmu geologi. Palangka Raya relatif aman dari pusat gempa," ujarnya, Senin, 10 Juli 2017.

Dwikorita menjelaskan dari sudut kegunungapian, Palangka Raya dinilai juga jauh lebih aman karena di Pulau Kalimantan, gunung api relatif tidak seaktif di Pulau Jawa maupun pulau yang lainnya. Dengan begitu, ancaman erupsi maupun gempa tektonik sangat kecil.

"Palangka Raya juga letaknya berada di tengah Pulau Kalimantan, sehingga jauh dari pantai dan ancaman tsunami," ujar Dwikorita.

Dwikorita menjelaskan risiko bencana di Palangka Raya adalah banjir dan tanah longsor. Namun, hal itu bisa diminimalisasi dengan pembuatan zonasi potensi bencana.

"Nanti dimasukkan zonasi berwarna merah, sehingga daerah yang berpotensi banjir dan tanah longsor tidak dibuat bangunan untuk hunian publik, sehingga bisa diminimalisasi ancaman bencananya," tutur Dwikorita.

Dwikorita menjelaskan bahwa perencanaan dan tata kota yang baik bisa direncanakan sejak awal, termasuk dari kajian geologi, sehingga pembangunan ibu kota di Palangka Raya bisa aman dari berbagai ancaman dan potensi bencana. Jika diabaikan, investasi mahal untuk membangun ibu kota bisa lenyap dalam hitungan detik.

"Tetapi harus juga dikaji secara sosial budaya dan sosial ekonomi. Kajian geologi dalam pemindahan ibu kota bukan satu-satunya kajian, tetapi kajian ini (geologi) tidak bisa ditinggalkan begitu saja," kata Dwikorita.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya