Liputan6.com, Jakarta Mi instan bisa dibilang makanan yang kontroversial. Walau enak, sayang ada banyak efek buruk di baliknya.
Bukan berarti efek buruk dari mi instan hilang begitu saja biar pun dimasak bersama sumber serat dan protein. Satu minggu sekali masih diperbolehkan, tapi kalau sampai "kecanduan", itu yang bahaya.
Baca juga: Konsumsi Mi Instan Indonesia Meningkat 1 Milyar Bungkus
Kalori di balik sebungkus mi instan memang relatif rendah, hanya 142 kalori per 100 gram. Namun, dalam proses pembuatan mi instan dan bumbu yang digunakan untuk menambah kenikmatan, mengandung garam dan bahan-bahan lain yang tidak baik untuk tubuh kita.
Baca Juga
Advertisement
Mi instan dapat disimpan di rak selama berbulan-bulan dikarenakan terdapat kandungan Butylated hydroxyanisole (BHA) dan t-butylhydroquinone (TBHQ), berupa bahan kimia bersifat karsinogenik yang seringkali digunakan sebagai pengawet.
Baca juga: Pria Ini Makan 5.657 Mi Instan Selama 20 Tahun
Mi instan memberi tekanan pada sistem pencernaan kita, memaksanya untuk memecah mi yang sudah kita santap. Hal ini dapat mengganggu kadar gula darah, dan pelepasan insulin jika dicerna terlalu cepat. Tidak heran jika makan mi instan berisiko diabetes.
Belum lagi kandungan garam yang relatif tinggi, yang sudah jelas dampaknya bagi tubuh. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di dalam American Journal of Hypertension, 2014, konsumsi natrium yang terlalu besar disebut sebagai faktor utama kematian pada 23 studi kasus. Kelebihan natrium ini bisa menyebabkan tekanan darah tinggi, yang pada gilirannya menyebabkan penyakit jantung.
Baca juga : Mesti Tak Terbukti Mengandung Lilin, Mi Instan Ancam Kesehatan
Seperti dikutip dari situs Life Hacks, Kamis, 13 Juli 2017, kandungan MSG tidak boleh dilupakan. Efek berbahaya dari MSG pun masih diperdebatkan. Namun, data kesehatan dan gizi yang dikumpulkan Survei Kesehatan dan Nutrisi Cina menunjukkan, konsumsi MSG yang berlebihan mengarah pada kelebihan berat badan.
Jadi, masih tertarik untuk menyantap mi instan?