Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomiKalimantan Timur akhirnya bangkit pada kuartal I 2017. Padahal, perekonomian Kalimantan Timur mengalami kontraksi dalam beberapa waktu terakhir. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mencapai 3,9 persen pada kuartal I 2017. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya yang tumbuh negatif 0,3 persen.
Selama ini, wilayah tersebut mengandalkan komoditas seperti minyak, gas alam, dan batubara sebagai penopang perekonomian. Maka tak heran, perekonomian pun turut terpukul ketika harga komoditas jatuh, dan cepat pulih ketika harganya bangkit.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, negara bergantung pada sumber daya alam terpukul dengan jatuhnya komoditas seperti halnya Timur Tengah. Namun, Indonesia tak mengalami nasib serupa karena tercatat mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi.
Meski demikian, jika disisir wilayahnya, Kalimantan Timur mengalami kontraksi karena tergantung dengan sumber daya alam.
Baca Juga
Advertisement
"Indonesia tidak mengalami resource curse karena ekonomi kita masih tumbuh di kisaran 5-5,2 persen, berbeda dengan negara di Timur Tengah yang tidak bisa memberdayakan resources-nya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, fenomena ini terjadi di daerah yang kaya sumber daya alam seperti di Kalimantan Timur," kata dia di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (13/7/2017).
Menurutnya, itu menggambarkan minimnya diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi. Lantaran, perekonomian Kalimantan Timur rentan terhadap gejolak.
Perlu sebuah solusi bersifat vertifikal supaya perekonomian lebih kuat. Dia bilang, sumber daya alam mesti memiliki nilai tambah dengan cara hilirisasi. Kemudian, perlu juga solusi bersifat horisontal. Artinya, mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru."Diperlukan sinkronisasi kebijakan," ujar dia.
Chief Economist & Director for Investor Relation PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menuturkan, kondisi ekonomi yang membaik seperti saat ini tepat untuk melakukan devirsifikasi sumber pertumbuhan. Kondisi sekarang berbeda masa Orde Baru yang mana saat harga komoditas tinggi tapi tak didukung oleh kondisi makro ekonomi yang kuat.
"Indonesia pernah mengalami masa commodity boom di era Soeharto namun kondisi makro ekonomi kurang kuat saat itu. Saat ini kondisi makro Indonesia lebih baik sehingga perlu dipercepat untuk diversifikasi sumber pertumbuhan," ujar dia.
Asisten Deputi Bidang Pertambangan dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Yudi Prabangkara mengatakan, pemerintah berupaya memangkas ketimpangan antara wilayah Barat dan Timur. Maka itu, perlu mendorong sumber-sumber pertumbuhan ekonomi.
Selama ini, lanjutnya, Indonesia hanya mengandalkan komoditas sebagai basis perekonomian. Itupun tidak memiliki nilai tambah. Dia menuturkan, hilirisasi perlu didorong sehingga bisa menjadi motor perekonomian. "Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah," tandasnya.
Untuk diketahui, BI menggelar Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda) bertempat di Kalimantan Timur. Adapun tema yang diusung ialah Mendorong Strategi Kebijakan Diversifikasi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Daerah untuk Menjaga Momentum. Tema ini diangkat sebagai upaya mewujudkan program pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, khususnya di Kalimantan Timur.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: