Liputan6.com, Tokyo - Ketegangan diplomatik dan militer di kawasan Semenanjung Korea kian menjadi. Jepang melayangkan keberatan atas tindakan kapal nelayan Korea Utara yang mengejar dan menodongkan senjata ke kapal patroli perikanan milik Jepang.
Insiden itu terjadi pada Jumat pekan lalu, di perairan utara Jepang.
Advertisement
Awalnya kapal patroli perikanan Jepang melihat ada kapal nelayan berbendera Korea Utara 300 mil jauhnya dari pantai yang diklaim masih milik Negara Sakura itu. Kapal Korut diduga tengah memancing cumi-cumi secara ilegal.
Dikutip dari Newsweek pada Jumat (14/7/2017), Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga mengatakan, kapal Korut itu juga membawa persenjataan.
"Mereka menodongkan senjata ke kapal patroli kami dan melakukan pengejaran," kata Suga kepada wartawan.
Sejauh ini tak ada laporan ada yang menjadi korban dalam insiden tersebut.
Jepang secara resmi mengajukan protes kepada Kedutaan Korea Utara di Beijing, China. Namun, Suga tidak menjelaskan lebih jauh, selain mencari ikan, apa maksud dari kapal Korea Utara berada di perairan yang menjadi lokasi insiden.
Tuduhan pencurian ikan itu terjadi tiga hari setelah Korea Utara menggelar uji coba misil balistik antar benua yang mereka klaim mampu mencapai Amerika Serikat.
Militer di bawah kepimpinan Kim Jong-un melontarkan misil pada 4 Juli dari pangkalan udara kota Kusong. Misil itu terbang sejauh 578 mil sebelum akhirnya jatuh di perairan Laut Jepang.
Uji coba itu terjadi kurang dari sebulan setelah eksperimen yang sama yang dilakukan Korea Utara.
Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in setuju untuk menghentikan apa yang dilakukan Korut.
Trump juga baru-baru ini mengkritik usaha tanpa hasil China untuk membujuk Korut menghentikan uji coba nuklir.
Sementara itu, militer AS sendiri berhasil melakukan uji coba sistem anti-rudal kontroversial Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD di Hawaii.
Bahkan, THAAD telah beroperasi di Korea Selatan. Seorang juru bicara militer AS mengatakan, sistem itu kini dapat mencegat rudal Korea Utara dan melindungi Korea Selatan.
Namun menurut pejabat militer AS, kemampuan operasional penuh THAAD masih harus menunggu beberapa bulan lagi.
Saksikan video menarik berikut ini: