Ancaman dan Tantangan Indonesia Versi Kepala BIN

Konflik di Marawi Filipina, Budi Gunawan menilai, salah satu keberhasilan penggabungan teroris. Diam-diam dikembangkan di Indonesia.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 14 Jul 2017, 20:27 WIB
Kepala BIN Budi Gunawan menyimak paparan saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/10). Rapat membahas Penyesuaian RKA-K/L Tahun 2017 sesuai hasil pembahasan Banggar DPR RI. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan membeberkan ancaman yang tengah dihadapi Indonesia dewasa ini. Menurutnya, yang paling krusial adalah ancaman keselamatan dan keutuhan NKRI.

Selain itu, masih kata mantan Wakaporli ini, ancaman akan operasi intelijen negara lain juga menjadi salah satu masalah. "Ancaman depan mata kita adalah operasi intelijen negara asing," ucap Budi di Jakarta, Kamis 14 Juli 2017 kemarin.

Dalam era globaliasi ini, menurutnya, peran dan fungsi intelijen di tiap-tiap negara sangat penting. Karena itu, tantangan Indonesia semakin berat dan kompleks.

"Ada upaya melemahkan Indonesia dengan black operations inteligent dan ada istilahnya operasi perang urat saraf," ujar Budi Gunawan.

Ia menjelaskan, black operations intelegent adalah agen asing dan lembaga organisasi asing yang mempunyai tujuan untuk melemahkan kursi pemerintahan melalui berbagi upaya seperti kudeta.

"Operasi perang urat saraf adalah operasi menyebarkan informasi yang indikator brain wash, kemudian menyebarkan berita-berita menyesatkan atau hoax, untuk mempengaruhi emosi, motif, dan cara politik. Hingga mengubah perilaku orang, kelompok dan pemerintah," jelas Budi Gunawan.

Dia juga menuturkan, ada juga yang namanya currency war, yang tujuannya adalah melemahkan mata uang Indonesia. Hal ini pernah terjadi pada 1998.

"Mungkin mendengar operasi ekonomi dikendalikan CIA pada tahun 1998 itu adalah operasi intelijen dengan metode currency war," tegas Budi.

Masih kata dia, ancaman terorisme juga menjadi tantangan tersendiri selain operasi intelijen. Sebab, ISIS terus mengubah pola serangan mereka dengan jihad perorangan atau lone wolf.

"Kita mengalami akhir-akhir ini di Eropa sangat merasakan dan itu terus," jelas Budi.

Bukan hanya itu, penggabungan teroris telah mendulang keberhasilan aksi teror tersebut. Kini sel-sel mereka mencoba tumbuh di Indonesia.

"Diam-diam sel ini dikembangkan di Indonesia. Organisasi radikal di Indonesia berafiliasi dengan internasional dan melakukan propaganda untuk menyerang pemerintah," tandas Budi.

Konflik di Marawi Filipina, ia menilai, salah satu bentuk keberhasilan penggabungan teroris. Diam-diam, pola ini dikembangkan di Indonesia.

"Ini radikal Indonesia berafiliasi dengan internasional dan melakukan propaganda untuk menyerang pemerintah. Dengan konsep 3 poin zero ini diharapkan ulama dengan nasionalis untuk menghadapi ancaman teror ke depan," pungkas Budi Gunawan.

 

Saksikan video di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya