Liputan6.com, Jakarta - Wall Street ditutup pada teritori positif pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta) usai keluarnya data ekonomi AS yang melemah sehingga menumpulkan prospek kenaikan suku bunga yang agresif di tahun ini.
Mengutip Reuters, Sabtu (15/7/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 84,65 poin atau 0,39 persen menjadi 21.637,74. S&P 500 naik 11,44 poin atau 0,47 persen menjadi 2.459,27. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 38,03 poin atau 0,61 persen ke 6.312,47.
Wall Street mampu menguat usai keluarnya data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan. Data yang keluar tersebut adalah indeks harga konsumen dan penjualan ritel. Indeks harga konsumen pada Juni tak berbeda jauh dengan bulan sebelumnya. Sedangkan untuk penjualan ritel turun pada Juni ini jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Baca Juga
Advertisement
Dengan adanya data tersebut menunjukkan bahwa angka inflasi juga tidak akan mengalami kenaikan yang agresif bahkan cenderung melemah. Selain itu, ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga terpatahkan.
Dengan pelemahan data-data ekonomi tersebut mendorong pelaku pasar untuk kembali memborong aset-aset yang berisiko seperti saham karena kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang agresif sulit terwujud.
Aksi beli saham tersebut kemudian mendorong penguatan Wall Street.
"Poin dalam data menunjukkan bahwa kebijakan yang akan terjadi adalah kebijakan yang akomodatif dan bukan agresif," jelas kepala analis State Street Global Markets, Boston, AS, Lee Ferridge.
Berdasarkan jajak pendapat dari Reuters, kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed pada Desember turun menjadi 48 persen setelah keluarnya data indeks harga konsumen dan juga penjualan ritel tersebut. Sebelumnya angka kemungkinan kenaikan suku bunga tersebut ada di angka 55 persen.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: