Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melonjak ke level tertinggi dalam dua pekan ini pada perdagangan Jumat setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan pelemahan. Hal tersebut membuat pelaku pasar ragu akan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).
Mengutip Reuters, Sabtu (15/7/2017), harga emas di pasar spot naik 0,96 persen menjadi US$ 1.228,61 per ounce. Secara mingguan, harga emas mampu naik 1,3 persen yang merupakan kenaikan mingguan terbesar sejak Mei lalu.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan harga emas berjangka untuk pengiriman Agustus yang merupakan periode yang paling aktif diperdagangkan naik US$ 10,20, atau 0,84 persen menjadi US$ 1.227,50 per ounce. Untuk kontrak tersebut naik 1,5 persen sepanjang pekan, kenaikan pertamanya dalam enam minggu.
Pendorong kenaikan harga emas adalah adanya data-data ekonomi AS yang tidak sesuai dengan harapan pelaku pasar. Harga konsumen AS untuk Juni tidak berubah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sedangkan untuk angka penjualan ritel juga mengalami penurunan dalam dua bulan terakhir.
Pelemahan data ekonomi AS ini memperkuat harapan bahwa Bank Sentral AS cenderung bergerak perlahan untuk menaikkan suku buga karena pelemahan data tersebut belum mampu mendorong angka inflasi yang menjadi salah satu patokan untuk menaikkan suku bunga.
Komentar Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen di depan Kongres AS juga membuat harga emas naik. "Lebih banyak sentimen yang membuat the Fed memilih untuk berpikir ulang untuk menaikkan suku bunga daripada sebelumnya," jelas Direktur High Ridge Futures, Chicago, AS, David Meger.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: