Liputan6.com, Yogyakarta - Pada siang itu, laki-laki berusia 70 tahun terlihat tenang membaca buku di dalam becak miliknya. Ternyata tidak hanya satu, tapi puluhan buku ditaruh di rak buku yang ada di atas kursi penumpang.
Rak buku itu disebutnya sebagai perpustakaan umum yang bisa dipinjam siapa pun yang berminat. Sang pemilik becak pustaka itu bernama Fransiscus Xaverius Sutopo, seorang pensiunan TNI AD.
Sutopo menuturkan memutuskan membecak pada 2004, setahun setelah ia menjalani masa pensiun. Saat itu, ia ingin agar becaknya berbeda dengan becak-becak lain di Kota Yogya. Karena gemar membaca sejak duduk di bangku SMP, ia pun menyulap becaknya menjadi perpustakaan.
"Sejak SMP gemar membaca. Dulu ya bacaannya silat, komik, dan pelajaran. Setelah dua tahun lalu, ada sumbangan dari ibu-ibu 10 buku karena melihat kanan kiri becak saya ada buku," ujar Sutopo kepada Liputan6.com, Kamis, 13 Juli 2017.
Baca Juga
Advertisement
Rak buku di becaknya itu baru dibuatnya beberapa bulan lalu. Rak buku dan koleksi bukunya berasal dari hasil mengikuti lomba desain becak yang diadakan oleh Dinas Perhubungan DIY dengan memanfaatkan keterampilan yang diasahnya selama belajar di ASMI (ISI). Hasilnya, ia pun memiliki 20 koleksi buku saat ini.
"Isinya tentang agama, ilmu pengetahuan, kesehatan, olahraga, pahlawan juga ada. Tadinya kiri kanan, lalu ada sumbangan buku dan menang hadiah lomba Rp 1,2 juta, saya belikan buku," tuturnya.
Ia mengaku senang karena semua kalangan bisa membaca buku yang dibawanya membecak, mulai dari teman sesama tukang becak hingga pelanggannya. Meski begitu, ia berkeinginan untuk terus menambah koleksi buku.
"Ini bisa sampai 40 buku, tapi sekarang masih sekitar 20 buku," ujarnya.
Ia berniat untuk melengkapi koleksi bukunya khusus buku anak-anak. Itu karena pelanggan jasa becaknya banyak dari kalangan anak-anak.
"Anak-anak yang belum, saya penginnya ada juga. Ada perusahaan yang sudah mau memberikan bantuan juga," ujarnya.
Langganan Koran
Tak hanya buku, Sutopo setiap hari juga menyediakan koran lokal bagi pelanggan maupun penumpangnya. Beragam informasi terkini ia bisa dapat dari koran lokal, sebab ia mengaku tidak begitu paham dengan media elektronik.
"Wong waktu ikut lomba aja saya kan enggak paham internet dan komputer, jadi saya bawa hasil desain saya ke sana boleh enggak. Ternyata boleh, terus dapat penghargaan itu," ujarnya.
Sutopo memiliki prinsip bahwa semakin tua semakin jadi. Artinya, semakin tua orang, harus lebih banyak melakukan olah roh untuk mempersiapkan diri jika kelak dipanggil oleh Sang Pencipta.
"Saya masih kuat lari 30 menit sana-sini. Walaupun pernah satu bulan kena stroke enggak bisa apa-apa, tapi saya yakin bisa sembuh dan sekarang bisa becak lagi," ujarnya.
Sutopo berharap becak pustakanya bisa membawa inspirasi bagi generasi muda agar tidak lupa untuk membaca. Sebab, perkembangan teknologi membuat generasi anak muda ini dapat terlena. Padahal, membaca itu sangat penting bagi generasi muda.
"Penting loh membaca karena jendela dunia. Lha, anak sekarang punya HP itu jadi malas baca, mengurangi minat baca. Tapi enggak semua, makanya gerakkan gerakan gemar membaca yang didengungkan pemerintah," kata Sutopo.
Advertisement