Hujan Turun Tak Menentu, Bunga Kopi Petani Bondowoso Rontok

Kondisi bunga kopi arabika milik petani Bondowoso yang rontok mempengaruhi ekspor kopi ke sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jul 2017, 05:02 WIB
Ilustrasi kopi

Liputan6.com, Bondowoso - Produktivitas kopi petani di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, pada 2017 menurun 40 hingga 60 persen per hektare akibat kemarau basah yang menyebabkan hujan turun tak menentu.

"Penurunan produktivitas kopi di Bondowoso tahun ini cukup siginifikan. Jika tahun lalu produksi kopi bisa mencapai 500 hingga 600 kilogram per hektare, saat ini turun menjadi 200 hingga 300 kilogram per hektare," ujar Ketua Koperasi Rejo Tani Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso, Suyitno di Bondowoso, Sabtu (15/7/2017), dilansir Antara.

Kopi arabika serta jenis kopi lainnya milik para petani yang berlokasi di Lereng Gunung Ijen dan Gunung Raung itu, lanjut dia, produksinya menurun 40 hingga 60 persen per hektare akibat tanaman kopi yang mulai berbunga diguyur hujan. Akibatnya, bunga kopi rusak.

Berbeda dengan kopi robusta, katanya, jenis kopi ini justru lebih tahan terhadap guyuran hujan dan sebaliknya tanaman kopi robusta produksinya akan menurun ketika musim kemarau.

"Turunnya produksi kopi yang paling berpengaruh itu akibat turun hujan terus menerus mulai September 2016 hingga Januari-Februari 2017 yang menyebabkan bunga tanaman kopi rontok dan tentunya sangat berpengaruh mengurangi buah kopi," ucapnya.

Suyitno menyebutkan, sejak 2014, petani kopi arabika Bondowoso mengekspor sebanyak sekitar 500 ton dan pada tahun berikutnya (2015) meningkat menjadi sekitar 800 ton serta pada 2016 mencapai sekitar 1.600 ton.

"Mungkin tahun ini produksi kopi keseluruhan akan menurun dan selama ini kopi arabika Bondowoso diekspor ke sejumlah negara di Eropa, di antaranya Swiss, Amerika, dan Inggris serta sejumlah negara Eropa lainnya melalui eksportir swasta," ujarnya.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya