Liputan6.com, Kuningan: Penari topeng bergerak gemulai di atas pentas. Martinus Miroto salah satunya. Ketika menarikan karyanya yang berjudul "Penumbra", Miroto tak hanya memuaskan mata yang menonton dengan sebuah topeng. Seolah-olah 16 orang bermunculan, bergerak, menari, memukau. Padahal, hanya empat orang termasuk dirinya yang ada di panggung.
Miroto, tumbuh sebagai penari klasik tradisi. Ia matang sebagai penari topeng kontemporer. Kiblat koreografinya tak mengarah ke tradisi tari yang baku. Bagi lelaki ini, topeng tak cuma pelindung atau penghias wajah penari. Topeng adalah bagian dari tubuh itu sendiri [baca: Lima Wajah Tanpa Suara].
Penari bagian dari tari itu sendiri. Tari merupakan bentuk ekspresi paling tua dalam sejarah peradaban manusia. Diperkirakan hidup di Indonesia sejak zaman prasejarah paleolitikum. Dan, topeng menjadi bagian upacara adat atau penceritaan kembali kisah kuno. Semisal, sebagai perwujudan dewa-dewa.
Tari dan topeng menyatu dengan tubuh penarinya. Ruhnya bisa dirasakan ketika menyaksikan tari hudoq, khas Dayak Bahau Busang, Kalimantan Timur. Ini merupakan tarian arwah yang hidp sejak ratusan tahun silam. Dilakukan setahun sekali menjelang panen raya. Masyarakat Dayak percaya, leluhur mereka berasal dari asung luhung atau Ibu Besar yang turun dari langit di kawasan hulu Sungai Mahakam Apo Kahayan. Ibu Besar bisa memanggil roh jahat dan roh baik.
Keindahan gerakan tari hudoq merupakan kontemplasi yang sesungguhnya. Hudoq mengandung makna pada setiap geraknya. Kekuatan macam apa yang dipancarkan topeng sehingga bisa menjadi ruh yang menguasai penarinya?
Mbah Karimun punya jawaban untuk itu. Maestro topeng malangan ini mendedikasikan hidupnya untuk membuat bermacam-macam ekspresi dan emosi. Tentu saja dalam bentuk topeng. Di tangan Mbah Karimun, topeng malangan adalah hidup. Penjiwaan inilah yang membuat topeng akhirnya bernyawa.
Sayang, ia kini tinggal sejarah yang tak bisa lagi bertutur, bercerita tentang topeng dan daya magis yang dihasilkannya. Sekitar sembilan bulan lalu Mbah Karimun meninggal.
Perajin topeng Cirebon, Budi Iswara, pun memiliki kecintaan yang besar. Kapak dan hati adalah modalnya bekerja. Banyak watak dan karakter yang dicipta. Budi percaya, topeng merupakan bagian penting untuk mendalami makna tari. Karenanya, ia tak ingin membuat topeng asal jadi, yang pada akhirnya tak menggambarkan watak asli manusia.
Orang-orang yang menari di balik topeng. Pun para pencipta topeng yang memahat dengan kapak dan hati. Mereka adalah rupa-rupa manusia yang menjaga tradisi serta seni dan budaya Nusantara dengan caranya.(OMI/AYB)
Miroto, tumbuh sebagai penari klasik tradisi. Ia matang sebagai penari topeng kontemporer. Kiblat koreografinya tak mengarah ke tradisi tari yang baku. Bagi lelaki ini, topeng tak cuma pelindung atau penghias wajah penari. Topeng adalah bagian dari tubuh itu sendiri [baca: Lima Wajah Tanpa Suara].
Penari bagian dari tari itu sendiri. Tari merupakan bentuk ekspresi paling tua dalam sejarah peradaban manusia. Diperkirakan hidup di Indonesia sejak zaman prasejarah paleolitikum. Dan, topeng menjadi bagian upacara adat atau penceritaan kembali kisah kuno. Semisal, sebagai perwujudan dewa-dewa.
Tari dan topeng menyatu dengan tubuh penarinya. Ruhnya bisa dirasakan ketika menyaksikan tari hudoq, khas Dayak Bahau Busang, Kalimantan Timur. Ini merupakan tarian arwah yang hidp sejak ratusan tahun silam. Dilakukan setahun sekali menjelang panen raya. Masyarakat Dayak percaya, leluhur mereka berasal dari asung luhung atau Ibu Besar yang turun dari langit di kawasan hulu Sungai Mahakam Apo Kahayan. Ibu Besar bisa memanggil roh jahat dan roh baik.
Keindahan gerakan tari hudoq merupakan kontemplasi yang sesungguhnya. Hudoq mengandung makna pada setiap geraknya. Kekuatan macam apa yang dipancarkan topeng sehingga bisa menjadi ruh yang menguasai penarinya?
Mbah Karimun punya jawaban untuk itu. Maestro topeng malangan ini mendedikasikan hidupnya untuk membuat bermacam-macam ekspresi dan emosi. Tentu saja dalam bentuk topeng. Di tangan Mbah Karimun, topeng malangan adalah hidup. Penjiwaan inilah yang membuat topeng akhirnya bernyawa.
Sayang, ia kini tinggal sejarah yang tak bisa lagi bertutur, bercerita tentang topeng dan daya magis yang dihasilkannya. Sekitar sembilan bulan lalu Mbah Karimun meninggal.
Perajin topeng Cirebon, Budi Iswara, pun memiliki kecintaan yang besar. Kapak dan hati adalah modalnya bekerja. Banyak watak dan karakter yang dicipta. Budi percaya, topeng merupakan bagian penting untuk mendalami makna tari. Karenanya, ia tak ingin membuat topeng asal jadi, yang pada akhirnya tak menggambarkan watak asli manusia.
Orang-orang yang menari di balik topeng. Pun para pencipta topeng yang memahat dengan kapak dan hati. Mereka adalah rupa-rupa manusia yang menjaga tradisi serta seni dan budaya Nusantara dengan caranya.(OMI/AYB)