Liputan6.com, Cirebon - Beragam cara dilakukan pemerintah untuk menderadikalisasi WNI yang dideportasi dari Turki karena diduga bergabung dengan kelompok ISIS. Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengatakan, sejumlah program pasca deradikalisasi sedang berjalan di tengah kembalinya deportan-deportan Turki itu.
"Kemsos siapkan program bagi deportan yang memungkinkan mengikuti vocational training, seperti menjahit, menyulam dan program kreatif yang lain. Ketika sudah punya produk, maka bisa menjadi penghasilan mereka sendiri di masyarakat. Saya sudah melihat langsung dan berjalan lancar," kata Khofifah saat memantau percepatan pencairan program PKH menjelang tahun ajaran baru di Cirebon, Jumat, 14 Juli 2017.
Khofifah mengaku, sejauh ini keberadaan shelter Kemensos menjadi tempat yang memungkinkan untuk mengembalikan jati diri para deportan dari Turki sebagai WNI dengan kultur yang beragam. Dia menyebutkan, hingga saat ini, tercatat ada 163 deportan Turki yang sudah mengikuti berbagai kegiatan di shelter Kemensos RI.
Terakhir, kata dia, shelter Kemensos kedatangan 12 deportan Turki yang diduga bergabung di ISIS. "Jadi, ada yang satu rombongan berapa orang jumlahnya beragam. Mungkin dalam minggu ini masih ada lagi yang datang," sebut dia.
Penyerahan deportan Turki ke shelter Kemesos, kata Khofifah, atas koordinasi Densus 88 Antiteror dan BNPT. Dia menyebutkan, sebagian besar deportan yang dikirim ke shelter Kemensos adalah anak-anak. Maka itu, prioritas shelter adalah memberikan perlindungan kepada anak-anak.
Dalam menjalankan program yang ada di shelter Kemensos ini, Khofifah juga meminta untuk dibuatkan pohon harapan. Tujuannya, agar orangtua juga dapat melihat langsung apa yang diharapkan anak-anaknya ketika besar nanti.
"Anak-anak kami ikutkan program konseling, sementara ibu dan bapaknya diikutkan program pasca-deradikalisasi dengan narasumber dari beberapa elemen. Tapi yang menentukan BNPT, dan Kemsos hanya menyediakan shelter-nya," ujar Khofifah.
Advertisement
Saksikan video menarik di bawah ini: