Bahasa Daerah Jambi Terancam Punah

Belasan bahasa daerah di Jambi diperkirakan bakal hilang dalam 20 tahun ke depan.

oleh Bangun Santoso diperbarui 16 Jul 2017, 22:00 WIB
Kamu ramai-ramai dengan temanmu belajar bahasa asing, tapi ternyata beberapa bahasa daerah dari negerimu Indonesia malah punah! Hiks ...

Liputan6.com, Jambi - Satu persatu bahasa asli daerah di Provinsi Jambi diperkirakan bakal hilang dalam 20 tahun ke depan. Senjakala bahasa daerah ini makin mendekati kenyataan, mengingat para penuturnya yang menua dan semakin sedikit.

Peneliti Bidang Linguistik, Kantor Bahasa Provinsi Jambi, N. Sitanggang, menyebutkan ada 17 penuturan bahasa asli di Provinsi Jambi. Di antaranya adalah bahasa Kerinci, Suku Kubu, Serampas, Bathin, Suku Talang Mamak, Bayat, Lalang, Ulu Lako, Tungkal, Supat, Jambi, Dawas, Pindah, Orang Laut, Penghulu, Duano, dan Bangsa Duabelas.

Dari sebagian besar bahasa asli suku-suku di Jambi itu hanya ada beberapa saja yang masih bisa ditemui. "Yang paling banyak dan rutin diucap adalah bahasa Kerinci," ujar Sitanggang, Jumat, 14 Juli 2017.

Menurut dia, ada banyak faktor yang menyebabkan belasan bahasa daerah tersebut semakin mendekati punah. Di antaranya adalah pengaruh modernisasi, khususnya dalam hal bahasa. Generasi muda atau penerus lebih banyak menggunakan bahasa kekinian, sehingga bahasa leluhur semakin ditinggalkan.

Kondisi tersebut ditambah para penutur bahasa daerah yang rata-rata sudah berumur 60 tahun lebih. Dengan kondisi tersebut, Sitanggang memperkirakan nasib bahasa daerah di Jambi hanya bersisa paling lama 20 tahun saja.

"Belum lagi perkawinan silang antar suku menjadikan bahasa daerah semakin ditinggalkan. Ditambah para orang tua yang enggan mengenalkan bahasa leluhur kepada anak-anaknya," ujar Sitanggang.

Untuk itu, ia berharap para orang tua di Jambi mau mengenalkan bahasa daerah kepada anak-anaknya. Dengan begitu, meski jarang dituturkan, kosa kata bahasa daerah bisa terus diingat dan terjaga oleh generasi muda.

"Selain itu diperlukan juga dokumentasi kosa kata bahasa daerah. Ini untuk mengantisipasi apabila bahasa daerah nantinya benar-benar musnah," ucap Sitanggang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya