Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi dengan penguatan terbatas pada awal pekan ini. Rilis data neraca perdagangan dan aksi jual investor asing berdampak ke IHSG.
Pada penutupan sesi pertama, Senin (17/7/2017), IHSG naik tipis 1,5 poin atau 0,03 persen ke level 5.833,34. Indeks saham LQ45 menguat 0,04 persen ke level 978,57. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.
Ada 149 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 129 saham melemah dan 132 saham lainnya diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.840,53 dan terendah 5.829,38.
Baca Juga
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 140.945 kali dengan volume perdagangan 4,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,6 triliun.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor saham tambang naik 1,26 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur naik 0,52 persen, sektor saham konstruksi mendaki 0,25 persen, dan sektor saham industri dasar menanjak 0,16 persen.
Sedangkan sektor saham perdagangan turun 0,30 persen, dan catatkan penurunan terbesar, disusul sektor saham barang konsumsi tergelincir 0,22 persen dan sektor saham keuangan turun 0,13 persen.
Saham-saham catatkan top gainers antara lain saham JKSW naik 25,33 persen ke level Rp 94 per saham, saham CANI melonjak 24,49 persen ke level Rp 610 per saham, dan saham IBST mendaki 23,81 persen ke level Rp 2.600 per saham.
Sedangkan saham-saham top losers antara lain saham UNIT turun 21,62 persen ke level Rp 232 per saham, saham DNAR merosot 21,43 persen ke level Rp 220 per saham, dan saham DGIK merosot 18 persen ke level Rp 82 per saham.
Bursa Asia pun sebagian besar menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,51 persen ke level 26.527, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,37 persen ke level 2.422, indeks saham Singapura menanjak 0,13 persen ke level 3.291. Sedangkan indeks saham yang tertekan antara lain indeks saham Shanghai turun 0,43 persen ke level 3.208.
Rilis data ekonomi baik internal dan eksternal pengaruhi laju IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2017 surplus US$ 1,63 miliar. Sedangkan surplus kumulatif sebesar US$ 7,63 miliar sepanjang Januari-Juni 2017 atau yang tertinggi sejak semester I-2012.
Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, nilai ekspor Indonesia pada bulan keenam ini tercatat sebesar US$ 11,64 miliar. Angka ini lebih tinggi dibanding realisasi impor yang sebesar US$ 10,01 miliar.
"Jadi surplus neraca perdagangan di Juni ini sebesar US$ 1,63 miliar," ujar Kecuk saat Rilis Neraca Perdagangan Juni 2017 di kantor BPS.
Sementara itu, China mengumumkan ekonomi tumbuh 6,9 persen pada kuartal II 2017. Angka ini lebih tinggi dari survei analis yang dilakukan oleh Reuters sekitar 6,8 persen.
"Meski secara total alami kenaikan tipis tapi belum berasa ke market (rilis neraca perdagangan)," ujar Analis PT Binartha Sekuritas Reza Priyambada saat dihubungi Liputan6.com.
Selain itu, ia menambahkan, ada imbas dari pergerakan bursa saham Asia seiring dirilisnya kenaikan pertumbuhan ekonomi China.
"Pada Jumat pekan lalu, market naik tipis karena pasar masih wait and see. Kali ini, pasar ingin memanfaatkan berita positif untuk tetap bertahan," ujar dia.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: