Banyak Anak Muda Tidak Bisa Nyetir Mobil, Apa Alasannya?

Menurut sebuah studi di Inggris, jumlah anak berusia 17 tahun yang mengikuti tes mengemudi turun drastis. Kenapa?

oleh Arief Aszhari diperbarui 17 Jul 2017, 19:50 WIB
Generasi millenial tidak suka berkendara (Foto:Carscoop)

Liputan6.com, London - Menurut sebuah studi di Inggris, jumlah anak berusia 17 tahun yang mengikuti tes mengemudi turun drastis. Jumlah anak usia 17 tahun yang mengikuti uji berkendara, turun 100 ribu dalam satu dekade terakhir.

Dilansir Carscoop, Senin (17/7/2017), studi tersebut dilakukan oleh website konsumen otomotif, Honest Joh. Bahkan, dalam studi tersebut juga terungkap, minat belajar mengemudi untuk anak muda di bawah 25 tahun turun 20 persen.

Masalah dari hal tersebut adalah keuangan para generasi millenial ini. Sebagai contoh, seorang remaja di kota besar, dengan hatchcback kecil seharga 8 ribu pound sterling atau Rp 137 juta, harus membayar 13.498 pound sterling atau setara dengan Rp 231,3 juta untuk polis asuransi 12 bulan.

Sementara itu, untuk seorang remaja di daerah harus membayar 8.750 pound sterling atau setara dengan Rp 149,9 juta untuk bayar polis asuransi, dengan jangka waktu satu tahun.

Selain itu, premi asuransi juga meningkat sekitar 8 persen pada kuartal pertama 2017, karena didorong oleh pajak premium asuransi yang biayanya telah meningkat dua kali lipat menjadi 12 persen dalam beberapa tahun terakhir.

Selain biaya asuransi yang tinggi, rata-rata untuk belajar mengemudi, sang remaja juga harus membayar 1.529 pound sterling atau Rp 26,2 juta. Menurut Departemen Transportasi mengkalim, jika anak membutuhkan waktu 47 jam.

Sepuluh tahun yang lalu, seorang remaja berusia 17 tahun akan berlatih mengemudi, setelah sah di mata hukum. Tapi saat ini, banyak pemuda yang enggan mengemudikan mobil.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya