Kisah Mistis Manusia Belang di Kaki Gunung Bulu Pao

Suku Tobalo di Kabupaten Barru, Sulsel, yang berkulit belang merupakan salah satu suku terasing, sehingga keberadaan mereka tak begitu dike

oleh Eka Hakim diperbarui 18 Jul 2017, 04:01 WIB
Warga Suku Tobalo atau manusia yang berkulit belang itu sangat memegang teguh pada adat tradisi leluhurnya. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Liputan6.com, Barru - Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang memiliki wilayah yang cukup luas. Selain terdiri dari wilayah laut, dataran rendah, Barru juga memiliki wilayah pegunungan yang subur.

Masyarakat Barru yang berada di wilayah pegunungan, bertahan hidup dengan bercocok tanam dan beternak. Salah satunya masyarakat desa terpencil yang berada di Gunung Bulu Pao, tepatnya di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Pujjananting.

Akses yang cukup jauh membuat masyarakat di desa tersebut sama sekali tak tersentuh perkembangan teknologi. Namun, mereka tetap menjalani kehidupan sehari-hari dengan bergantung pada kondisi alam yang ada.

Meski demikian, masyarakat Desa Bulo-Bulo yang dikenal dengan Suku Tobalo atau manusia yang berkulit belang itu sangat memegang teguh pada adat tradisi leluhurnya. Satu di antaranya memilih hidup terasing atau tak berbaur dengan masyarakat umum lainnya.

Mustari (67), warga Desa Gettareng, Kabupaten Barru, mengatakan bahwa masyarakat Tobalo memiliki ciri khas berkulit belang hampir pada setiap bagian tubuhnya. Menurut dia, Suku Tobalo merupakan salah satu suku terasing, sehingga keberadaan mereka tak begitu diketahui oleh masyarakat luas.

"Bahasa yang mereka gunakan sendiri sudah bercampur antara logat Konjo, Makassar, dan Bugis. Berbeda pada masyarakat Barru pada umumnya yang memang hanya menggunakan bahasa Bugis, mereka (Tobalo) ini menggunakan logat yang dinamakan logat Bentong," ucap dia kepada Liputan6.com, Senin, 17 Juli 2017.

Dari cerita yang ada, masyarakat Tobalo berjumlah tak lebih dari 10 orang. Jika jumlahnya berlebih, dipastikan bakal ada yang meninggal dunia, entah penyebabnya apa.

"Ceritanya demikian, jika lahir anak ke-11, maka dia tak panjang usia, sehingga jumlah masyarakat Tobalo hanya berkisar sembilan atau 10 orang saja. Tapi, entahlah itu hanya cerita mitos atau tidak yang jelasnya cerita ini yang berkembang di tengah masyarakat," ujar Mus, sapaan akrab Mustari.

Warga Suku Tobalo atau manusia yang berkulit belang itu sangat memegang teguh pada adat tradisi leluhurnya. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Mus mengatakan pula, sudah ada beberapa anggota Suku Tobalo yang memilih keluar dari desanya. Mereka pun telah menikah dengan masyarakat biasa atau berkulit normal, namun generasinya tak memiliki kulit belang seperti masyarakat Tobalo pada umumnya.

"Ada dulu namanya Nenek Masse sudah almarhum dan bersuamikan orang Jawa dan anaknya tidak berkulit belang kok, normal saja," kata Mustari.

Ia pun mengaku tak tahu persis cerita awal mula keberadaan masyarakat Tobalo. Hanya saja, ada bermacam cerita yang muncul tentang sejarah masyarakat Tobalo.

Di antaranya, ada yang meyakini masyarakat Tobalo di Kabupaten Barru, Sulsel, memiliki kulit belang karena kutukan Dewata. Ada pula cerita bahwa tanda yang dimiliki masyarakat Tobalo tak lain karena kesaktian yang dimiliki.

"Kalau cerita nenek-nenek dulu lebih banyak yang katakan Tobalo kebal api dan tak dimakan oleh senjata tajam karena ada jimat yang mereka simpan di dalam tubuhnya dan dampaknya membuat tubuhnya berwarna belang," ujar Mustari.

Saksikan video menarik di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya