Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan sulitnya menangkap penyiram air keras penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Dia pun membandingkan pengungkapan kasus Novel Baswedan dengan kasus Bom Bali dan bom Kampung Melayu.
Advertisement
Tito menjelaskan, dalam bom Kampung Melayu beberapa waktu lalu, sangatlah mudah mencari pelakunya. Bahkan, kata dia, bisa dalam hitungan menit.
"(Bom Kampung Melayu) karena yang mati itulah barang bukti. Begitu ketemu sidik jari sebentar, kita punya sistem, hitungan menit sudah tau siapa dia. Tinggal ketemu keluarganya, siapa dengan siapa dia terakhir ketemu, baru kita tahu jaringannya," papar Tito di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin 17 Juli 2017.
"Tapi kasus hit and run lebih sulit. Penanganan pelemparan kasus bom molotov satu, dengan kasus bom Kampung Melayu, lebih mudah Kampung Melayu. Bom molotov alat buktinya yang ada di TKP, sulit, karena cuma sebentar, waktunya detik," sambung dia.
Meski begitu, Tito mengaku sudah menemui beberapa saksi penting dalam kasus Novel Baswedan ini. Lebih dari itu, menurut Tito pihaknya juga sudah menawarkan untuk bertemu dengan KPK.
"Kita sudah menawarkan. Sekarang ini perkembangannya sudah ketemu beberapa saksi penting yang mengetahui wajah pelaku, itu ada kemajuan dibanding sebelumnya," tutur dia.
Terkait dugaan keterlibatan jenderal di kasus Novel Baswedan, Tito menyebut masih dicari faktanya.
"Kalau ada fakta akan diproses hukum. Yang kami tau, dia hanya mendengar dan mendapat informasi, tapi tetap akan dilanjutkan (prosesnya)," jelas Tito.
Saksikan video di bawah ini: