Siswa Baru Tegal Bebas dari Pelonco dengan Sepak Bola Egrang

Sepak bola egrang selalu diadakan dalam masa pengenalan lingkungan sekolah di SMAN 4 Tegal.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 18 Jul 2017, 17:30 WIB
Sepak bola egrang selalu diadakan dalam masa pengenalan lingkungan sekolah di SMAN 4 Tegal. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)
Sepak bola egrang selalu diadakan dalam masa pengenalan lingkungan sekolah di SMAN 4 Tegal. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Tegal - Dua tahun terakhir, kegiatan Masa Orientasi Sekolah (MOS) bagi siswa baru berganti nama menjadi Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS). Dengan semangat berbeda, kegiatan PLS dibawakan lebih kreatif dan edukatif agar siswa baru bisa kerasan di sekolah barunya.

Salah satu penyelenggara PLS adalah SMA Negeri 4 Kota Tegal. Mulai Senin, 17 Juli 2017, hingga Rabu, 19 Juli 2017, para siswa baru diajak berpartisipasi dalam berbagai macam permainan rakyat seperti egrang dan tarik tambang.

Selain permainan tradisional, para siswa baru juga dikenalkan permainan kekompakan dan keuletan lainnya, seperti permainan tiup bola pingpong di atas gelas berisi air dan hulahop.

"Pengenalan permainan tradisional itu perlu dikenalkan kepada para siswa, karena tak semua siswa belum tentu tahu permainan seperti ini," ucap Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Kota Tegal, Rosa Herawati kepada Liputan6.com, Selasa (18/7/2017).

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 18 Tahun 2016 Kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) bagi siswa baru, SMAN 4 Kota Tegal mengenalkan berbagai kegiatan untuk mengajak siswa mengenali potensi diri.

Selain itu, pihak sekolah membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya, antara lain terhadap aspek keamanan, fasilitas umum dan sarana prasarana sekolah, menumbuhkan motivasi, semangat, dan cara belajar efektif sebagai siswa baru.

"Dan juga kita ajarkan keanekaragaman dan persatuan, kedisplinan, hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan siswa yang memiliki nilai integritas, etos kerja dan semangat gotong royong," ungkapnya.

Menurut dia, PLS di sekolahnya sengaja menggunakan sarana permainan tradisional untuk menghindari aksi perpeloncoan dari kakak kelas. Selain itu, kegiatan itu juga bertujuan mengenalkan kembali permainan tradisional yang kian hari sudah mulai ditinggalkan anak muda sekarang.

"Belakangan, anak muda lebih tertarik dengan permainan di gadget. Selain agar membuat mereka betah dan senang, juga untuk mengingatkan kembali bahwa ada permainan tradisional yang perlu dilestarikan," katanya.

Saksikan video menarik di bawah ini:




Bebas Perpeloncoan

Permainan tradisional selalu diadakan dalam masa pengenalan lingkungan sekolah di SMAN 4 Tegal. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, siang itu seluruh siswa didampingi para guru nampak akrab bermain dalam permainan tradisional yang dilombakan. Salah satunya memasukkan bola ke gawang yang para pemainnya harus menggunakan egrang.

Tidak ada raut ketegangan di wajah para siswa baru. Semuanya akrab berbaur menjadi tim dalam memainkan egrang. Masing-masing tim sepak bola egrang diisi perwakilan siswa dari kelas yang berbeda.

"Menyenangkan. Tidak ada kegiatan menakutkan. Kakak kelas bisa membaur bersama kami," kata siswa kelas X, Berliana didampingi rekannya Wulan, di sela-sela kegiatan.

Hal senada disampaikan siswa kelas XII yang juga ketua panitia acara Arjun Prayogi. Menurut dia, MOS sengaja diisi dengan kegiatan untuk saling mengakrabkan hubungan antara rekan seangkatannya dengan adik-adik kelas.

"Kegiatan ini sudah sering. Bahkan digelar sejak tahun kemarin," kata Arjun.

Sementara itu, salah seorang orangtua siswa, Tedjo (40) mengapresiasi kegiatan PLS karena memiliki nilai edukatif sangat baik.

"Sangat berbeda dengan MOS yang kerap kali ditemukan perpeloncoan disalahartikan sebagai pengkaderan fisik. Padahal, pendidikan lebih mengutamakan otak dari pada otot. Hal ini sangat bertentangan dengan dunia pendidikan yang menjunjung tinggi kemampuan otak dari pada otot," ucap Tedjo.

Ia lega kegiatan PLS lebih mendidik dibandingkan MOS. Ia berharap PLS menjadi pintu awal untuk membuat sekolah menjadi tempat menyenangkan bagi para siswanya.

"Ya harapan kami pada tahun mendatang PLS lebih diperbanyak dengan kegiatan penanaman dan penumbuhan akhlak dan karakter, pengenalan budaya dan tata tertib sekolah, pengenalan pendidikan antikorupsi, cinta lingkungan hidup dan cinta tanah air," kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya