Liputan6.com, Surrey - Sebuah kerangka dinosaurus Baryonyx dipamerkan kepada awak media di Natural History Museum di London pada 19 Juli 1983.
Awalnya, kerangka itu ditemukan oleh tukang ledeng dan pemburu fosil amatir, Bill Walker. Kala itu mereka menemukan cakar dinosaurus pemakan daging itu di sebuah lubang tanah liat di Surrey, Inggris, pada Januari 1983.
Advertisement
Ahli paleontologi kemudian merekonstruksi dan menemukan bahwa kerangka itu berusia 125 juta tahun. Mereka pun menggambarkannya sebagai 'temuan abad ini'.
Para ilmuwan harus menunggu tanah liat di sana sampai mengering sebelum mereka menyelesaikan ekskavasi yang berlangsung selama dua minggu. Kerangka dinosaurus yang selesai diekskavasi pada Mei itu pun harus diangkut menggunakan tiga buah truk.
"Ini adalah spesies dinosaurus yang benar-benar baru. Lebih penting lagi, ini adalah dinosaurus pemakan daging pertama yang pernah dicatat, yang ditemukan di sebuah batu seusia ini di mana pun di dunia," ujar pemimpin kelompok dan kepala Departemen Dinosaur di Natural History Museum, Dr Alan Charig.
Dalam konferensi pers, ia mengatakan bahwa dinosaurus itu memiliki tinggi 4,5 meter atau setara dengan bus dua tingkat. Bobot spesies itu seperti seekor gajah, yakni sekitar dua ton, dan dapat lari dengan kecepatan 32 kilomter per jam.
Dilansir BBC On This Day, Dinosaurus yang diberi nama Claws tersebut berukuran sedikit lebih kecil dibanding Tyrannosaurus Rex atau T-Rex, dan merupakan sub spesies Megalosaurus.
Para ahli mengatakan, mereka menjaga lokasi ditemukannya fosil tersebut -- dikenal berada di dekat Gatwick Airport -- untuk melindunginya dari para pemburu.
Selain 'dibangkitkannya' dinosaurus pemakan daging, pada 19 Juli 1979 dua kapal besar bertabrakan di dekat kepulauan Little Tobago, Laut Karibia.
Tabrakan supertanker tersebut menewaskan 27 kru dan mencemari perairan dengan 280 ribu ton minyak mentah. Pada masa itu, insiden itu merupakan kecelakaan tanker minyak terparah.
Insiden lain juga terjadi pada 19 Juli 1989, pesawat United Airlines 232 meledak ketika terperosok akibat mesin mati di rerumputan Sioux City, Iowa, Amerika Serikat.
Sebuah kipas yang rusak mengawali reaksi berantai yang fatal -- yang menghancurkan sistem hidrolik pesawat yang penting untuk menjamin pendaratan berjalan aman. Kerusakan yang terjadi sungguh parah. Pilot tak kuasa mengendalikan pesawat. Upaya landing pun gagal.
Para petugas penyelamat yang menyaksikan bola api membumbung dari lokasi kejadian mengira, 296 orang yang ada di dalam pesawat tersebut tewas.
Ajaibnya, 184 orang selamat dalam kecelakaan pesawat tersebut, 138 di antaranya bahkan mampu berjalan dari kapal terbang yang tak lagi berbentuk itu.