Fokus, Purbalingga - Pantang menyerah, itulah moto hidup Kuswati, seorang gadis difabel di desa Panusupan, Purbalingga, Jawa Tengah. Meski dalam kondisi keterbatasan fisik, Kuswati dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Semua dilakukannya dengan mengandalkan kedua kakinya.
Seperti ditayangkan Fokus Pagi Indosiar, Rabu (19/7/2017), Kuswati tinggal bersama ibu dan kakaknya. Sedangkan sang ayah pergi merantau ke Jakarta, dan bekerja sebagai kuli bangunan. Untuk membantu ekonomi keluarga, Kuswati bekerja sebagai pembuat bulu mata tiruan.
Advertisement
Meski hanya mengandalkan kedua kakinya, rajutan karya gadis yang hanya lulusan kelas tiga sekolah dasar (SD) ini tak kalah bersaing. Kuswati cukup terampil, bahkan setiap hari ia mampu merajut bulu mata tiruan sebanyak 20 pasang. Dari hasil merajut bulu mata, Kuswati mendapat penghasilan Rp 3.500 setiap hari. Meski demikian, Kuswati tetap bersyukur.
Kuswati terpaksa tidak meneruskan sekolah karena sering mendapat perundungan (bullying) dari teman-temannya. Karena kerap mendapat perlakuan seperti itu, sang ibunda tak sampai hati, lalu menghentikan sekolah Kuswati hanya sampai kelas 3 SD.
Kendati cita-cita Kuswati menjadi dokter pupus, namun semangat Kuswati yang pantang menyerah patut ditiru. Di tengah segala keterbatasan, Kuswati tidak bergantung pada orang lain, bahkan turut membantu menghidupi ekonomi keluarga.