4 Kisah Mengerikan Praktik Menguliti Kepala demi Meraup Kekayaan

Walaupun menguliti kepala musuh menjadi salah satu bentuk balas dendam, sejumlah pihak meraup keuntungan finansial dari praktik tersebut.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 19 Jul 2017, 18:00 WIB
Jacques Cartier ketika berada di Hochelaga. (Sumber Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Bangsa pribumi Amerika bukan satu-satunya yang menguliti kepala musuh-musuh mereka. Para pendatang Eropa yang mendirikan koloni di negeri itu kemudian mempelajari dan menirunya.

Bahkan, menguliti kepala manusia menjadi praktik yang tersebar luas di seantero negeri saat itu dan menjadi rahasia kelam yang memainkan peran terselubung dalam setiap momen besar.

Pada awalnya, para pendatang ke Dunia Baru memandang kebiasaan itu sebagai tanda barbarisme dan kebiadaban. Jacques Cartier bisa dibilang sebagai orang Eropa pertama yang menyaksikan langsung hal mengerikan itu.

Ketika ia tiba di daerah yang sekarang menjadi Quebec City, ia bertemu dengan kepala suku bernama Donnacona. Cartier disambut dengan tarian, lalu membalas dengan menyajikan hadiah-hadiah.

Sang kepala suku kemudian memamerkan 5 kulit kepala manusia yang telah dikeringkan dan disatukan pada suatu gelang. Kaget, rombongan Cartier pun hengkang kembali ke kapal dan menjauh.

Menurut beberapa laporan, pribumi Amerika membawa kulit kepala musuh-musuhnya di ujung tombak mereka. Kulit-kulit kepala itu diedarkan dan dijadikan guyonan, bahkan terkadang diberikan kepada anjing-anjing.

Yang lebih mengerikan, ada juga beberapa orang yang dikuliti kepalanya ketika masih hidup. Ada sejumlah catatan dokter tentang penyelamatan para korban yang masih hidup. Sejumlah korban masih bisa tertolong jika segera ditangani, tapi mungkin dengan cacat menetap karena rendahnya tingkat kemajuan kedokteran saat itu.

Walaupun menguliti kepala musuh menjadi salah satu bentuk balas dendam, seperti dirangkum dari listverse.com pada Rabu (19/7/2017) pagi, sejumlah pihak meraup keuntungan finansial dari praktik mengerikan tersebut:


1. Koloni Amerika dan Kulit Kepala Indian

Ilustasi anggota suku Apache setelah menguliti kepala lawannya. (Sumber Wikimedia Commons)

Tidak lama setelah kapal Mayflower berangkat ke Dunia Baru, bangsa kulit putih mulai mencari-cari kepala manusia. Kulit kepala yang pertama mereka raih didapat saat Perang Pequot.

Ketika seorang pedagang bernama John Oldham dibunuh oleh Pribumi Amerika, kaum puritan di Koloni Massachussetts menyatakan perang habis-habisan dengan tetangga mereka.

Gubernur saat itu kemudian menjanjikan hadiah bagi pria manapun yang membawa pulang kepala Pribumi Amerika. Tapi kepala itu berukuran besar dan merepotkan sehingga kaum Puritan pun kemudian meniru musuh mereka dan mulai menguliti. Kulit-kulit kepala musuh dikumpulkan dalam beberapa tas dan dibawa pulang sebagai bukti.

Koloni-koloni lain pun mencontohnya. Menjelang 1641, gubernur New Netherlands menjanjikan tebusan resmi pertama untuk semua kulit kepala kaum pribumi senilai “10 fathom wampum” untuk setiap kulit kepala dari suku Raritan.

Koloni Teluk Massachussets menyusul tak lama kemudian, dengan janji 40 pound untuk setiap kulit kepala para petempur dan 20 pound untuk kulit kepala wanita dan anak berusia di bawah 12 tahun.

Bahkan gubernur itu menyatakan bahwa setiap warga wajib "menyongsong setiap kesempatan mengejar, menangkap, membunuh, dan menghancurkan semua dan setiap Indian tersebut."


2. Eskpedisi Perburuan Kulit Kepala oleh Kesatuan Rangers

Ilustrasi ekspedisi perburuan Indian oleh US Rangers. (Sumber Wikimedia Commons)

Pada awal 1700-an beberapa anggota kesatuan Rangers Amerika Serikat (AS) mulai bertugas sepenuhnya sebagai pengumpul kulit kepala. Mereka berkelana ke pedalaman untuk mencari dan membunuh pribumi Indian dengan tekad membawa pulang kantong penuh berisi kulit kepala dan meraup untung.

Salah satu yang paling berhasil adalah John Lovewell yang sempat menjadi selebritas kecil karena jumlah kulit kepala yang dibawanya pulang. Suatu kali ia pernah membuat wig dari kulit-kulit kepala yang robek, lalu ia berpawai di jalan-jalan kota Boston menggunakan wig tersebut.

Menguliti kepala memang menguntungkan, sehingga, bukan hanya meraih ketenaran, Lovewell juga menjadi kaya. Ia menerima 100 pound untuk setiap kulit kepala yang dibawa pulang. Jumlah itu amat besar pada zamannya.

Membunuhi Prirbumi Amerika mendatangkan jauh lebih banyak uang daripada yang pernah dia raih seumur hidupnya. Tapi hal itu juga kemudian mendatangkan maut baginya.

Suatu kali, ia mengumpulkan 47 pria untuk menyerbu sebuah perkampungan berisi lebih dari 100 warga. Ia diduga mencoba berbagi keuntungan dengan sesedikit mungkin orang. Tapi ia terlalu percaya diri dan terbunuh dalam pertempuran. Kepalanya pun dikuliti.


3. Henry Hamilton Membeli Kulit Kepala Para Revolusioner

Ilustrasi Jenderal Hamilton ketika menyerah kepada pasukan Revolusioner Amerika. (Sumber Wikimedia Commons)

Pada masa Revolusi Amerika, seorang petinggi Inggris bernama Henry Hamilton mendapat julukan "The Hair-Buyer General" – "Sang Jenderal Pembeli Rambut."

Ia bertanggungjawab untuk mengajak pribumi Amerika membantu Inggris mengalahkan kaum Revolusioner Amerika dan menjalankan tugas itu dengan cara membeli kulit-kulit kepala.

Tapi, bukan berarti Hamilton memiliki pemikiran progresif tentang pribumi Amerika. Ia menuliskan mereka sebagai "biadab," dan menganjurkan agar pihak Inggris memanfaatkan "kecenderungan alamiah mereka…yang haus darah."

Ia memberikan bayaran kepada pribumi Amerika untuk setiap kulit kepala kaum kulit putih yang dibawa pulang, tapi jangan "memerahkan kapak dengan darah kaum wanita dan anak-anak."

Hamilton bahkan menyediakan pisau untuk menguliti dan memiliki catatan tentang jumlah kulit kepala yang diraih. Yang terbanyak, pada suatu hari ia disuguhi 129 kulit kepala kaum Revolusioner.

Tapi, menguliti kepala hanya mengundang balasan setimpal. Menyaksikan teman-teman mereka dibunuhi, kaum Revolusioner Amerika mulai menyerang balik. Sebagai pembalasan, mereka mulai memburu dan menguliti para pengikut Hamilton.


4. Gangster Glanton dan Kulit Kepala Warga Mesikso

Glanton dan kelompoknya sedang berburu suku Apache. (Sumber University of Virginia)

Selama Perang Meksiko-Amerika, seorang anggota Texas Ranger bernama John Joel Glanton mendapat tugas mengumpulkan kulit kepala dari suku Apache. Sebagian suku Apache sempat terlibat dalam peperangan dan Angkata Bersenjata Amerika (US Army) ingin mengenyahkan mereka.

Pihak militer kemudian membayar mahal untuk setiap kulit kepala yang disetorkan oleh Glanton sehingga ia kaya raya. Tapi, tak lama kemudian, ia kehabisan warga suku Apache untuk dibunuh.

Ternyata, pihak US Army tidak benar-benar memeriksa asal-usul kulit kepala yang dikirimkan sehingga Glanton mulai membunuhi warga sipil Meksiko dan mengirimkannya seakan sebagai kulit-kulit warga Apache.

Kebringasan haus darah itupun menjadikan Glanton seorang pembunuh berantai. Ia dan kelompoknya mencuri perahu sungai dari beberapa anggota suku Yuma dan mengundang orang-orang menumpang.

Setelah berada di tengah sungai, ia dan kelompoknya membantai para penumpang tersebut, baik orang Meksiko ataupun Amerika. Mayat-mayat korban pun dijarah.

Pemerintah Chihuahua kemudian menawarkan hadiah untuk kepala Glandon, tapi suku Yuma lah yang menangkapnya. Mereka biasanya adalah suku yang cinta damai, tapi Glandon sudah keterlaluan.

Ketika ia sedang tidur, beberapa anggota suku Yuma mengendap masuk ke dalam tendanya. Mereka menghabisi rekan-rekan Glanton, lalu menyayat tenggorokannya ketika ia sedang tidur.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya