Kehidupan Para Bocah di Balik Dinding Penjara

Di Blok Edelweis Lapas Pondok Bambu, tinggal delapan anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Mereka lahir dari ibu yang menjadi penghuni.

oleh Gde Dharma Gita Diyaksa diperbarui 19 Jul 2017, 17:08 WIB
Warga binaan Lapas Pondok Bambu bersama anaknya keluar dari blok tempat mereka biasanya istirahat (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Fika Hendrayani tak bisa melupakan momen itu. Ia harus dilarikan dari Lapas Kelas II Pondok Bambu, Jakarta Timur, ke rumah sakit untuk menjalani operasi caesar.

Perempuan itu narapidana kasus narkotika. Kepemilikan barang haram tersebut membuatnya divonis empat tahun. Saat vonis jatuh, usia kandungannya lima bulan.

Ia melahirkan anak keempatnya itu tanpa sanak saudara yang menemani. Berbeda dengan kelahiran ketiga anak Fika sebelumnya. “Tapi saya bersyukur bayi saya sehat,” ucap Fika di Lapas Pondok Bambu, awal Juli 2017.

Anak Fika, kini 11 bulan, tak sendiri. Di Blok Edelweis Lapas Pondok Bambu, ada delapan anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Mereka semua lahir dari ibu yang menjadi penghuni lapas.

Sesuai Peraturan Pemerintah Pasal 20 Nomor 32 Tahun 1999, tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, warga binaan yang melahirkan di dalam lapas berhak merawat anaknya hingga usia 2 tahun di dalam lapas.

Terkait hal itu, Kepala Lapas Pondok Bambu, Ika Yusanti, mengatakan pihaknya memberikan fasilitas tambahan di kamar nomor 5 Blok Edelweis. Tersedia arena bermain di ruangan 4 x 6 meter persegi itu.

Lapas juga memberi jatah air panas lebih banyak dibanding kamar-kamar lain. Jika kamar lain hanya mendapat dua termos air panas, di kamar tersebut tersedia empat termos setiap hari. “Biasanya bayi itu kan perlu air hangat lebih banyak,” tutur Ika.


Mengerjakan Semua Sendiri


Namun kehidupan anak yang terlahir di lapas tentu tidak seperti anak pada umumnya. Kedelapan bocah tersebut harus terkungkung di dalam bangunan lapas bersama ratusan napi lain.

Tak ada pilihan, mereka turut berjejal di blok tersebut. Mandi, makan, minum, tidur, bermain, dan aktivitas lain dilakukan di sana.

Beruntung keberadaan anak-anak di Lapas Pondok Bambu disambut hangat warga binaan lain dan para petugas lapas. Mereka mungkin jenuh dengan rutinitas yang membosankan. Sementara keberadaan anak-anak itu bak pelipur lara.

Toh, merawat anak di dalam lapas bukan hal mudah. Mereka mustahil mengharap belas kasih orang lain. Mulai dari memberi susu, mengganti popok, menyuapkan makanan, sampai memandikan harus dilakukan sendiri.

Fika bahkan membiasakan anaknya mandi dengan air dingin. "Anak tidak saya biasakan pakai air hangat. Kalau mau air panas, harus nyadong (minta) dulu. Itu juga biasanya cuma untuk minum," ungkap Fika.

Infografis Lapas Pondok Bambu (Liputan6.com/Abdillah)

Untuk asupan gizi, Fika juga mengaku kurang. Selama ini dia hanya mengandalkan pemberian pihak lapas atau kerabat yang membesuk.

Kini Fika sudah menjalani satu tahun tiga bulan dari empat tahun masa hukuman. Namun Fika merasa belum dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan Hotel Prodeo. Ia tak sabar untuk bebas, berkumpul kembali dengan keluarga.

Sejak Fika masuk penjara, keluarganya tercerai-berai. Dua anak Fika tinggal bersama kakek-neneknya. Sementara, anak pertama tinggal bersama suaminya. "Terpisah semua dan anak terpencar," ungkap Fika.

Namun hingga saat ini Fika tak pernah menerima kabar dari suami. Tak sekali pun juga sang suami membesuk. Hanya orang tua yang terus setia memberikan Fika semangat dan menyempatkan diri untuk membesuk.

Senasib dengan Fika, Gadis Sesi (36) mengaku pasrah dan ikhlas menjalani hukuman 5 tahun. Hampir dua tahun lalu, tepatnya Oktober 2015, Sesi dianugerahi bayi perempuan, anaknya yang keempat. Kala itu dia baru dua bulan menjalani hukuman.


Lahir di Lorong Lapas

Sesi masih ingat ketika harus melahirkan di lorong bangunan saat hendak dibawa ke klinik layanan kesehatan Lapas Pondok Bambu. "Anak saya lahir di lorong, di lantai. Karena sudah tidak kuat lagi. Sandal saya jadi bantal," tutur Sesi sembari tertawa kepada Liputan6.com.

Sejak kelahiran anaknya itu, Sesi semakin semangat menjalani hari-harinya di Lapas Pondok Bambu. Setidaknya ada kesibukan mengurus anak sehingga tidak merasa bosan.

Kini usia anak Sesi hampir genap dua tahun. Tidak lama lagi Sesi akan berpisah dengan bidadari kecilnya. Jika tak ada perubahan rencana, Oktober nanti, Sesi akan menitipkan sang anak kepada orangtuanya di Aceh.

Tak hanya Sesi yang sedih. Banyak dari penghuni lapas lain yang juga merasa kehilangan. Selama ini putri Sesi yang cantik menjadi salah satu idola penghuni lapas.

 

Anak dari salah satu warga binaan Lapas Pondok Bambu sedang bermain di halaman lapas (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Tak jarang petugas, juga Kepala Lapas Pondok Bambu, turut bermain dengan dia. Selain usianya paling tua dibanding anak-anak lain, anak Sesi juga dikenal mudah bergaul.

Sesi tampak sudah siap dengan perpisahan nanti. Rencananya dia akan mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan di dalam lapas. Misalnya merawat taman.

Dia berharap tiga tahun ke depan dapat berjumpa kembali dengan anaknya-anaknya. Sesi juga berjanji menjadi ibu yang lebih baik.

Walau berstatus napi, mereka tetap ibu. Seorang anak tak boleh kehilangan sosok ibunya. "Setidaknya selama dua tahun sang anak dapat menjalin hubungan yang erat dengan ibunya," kata Ika Yusanti.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya