Liputan6.com, Bandung - Jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terungkap beberapa waktu lalu di Jawa Barat, menggunakan media sosial Telegram untuk berkomunikasi. Ini terungkap saat Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri mendalami kasus bom panci yang meledak di kontrakan Agus Wiguna di Buah Batu, Bandung.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Kombes Yusri Yunus mengatakan polisi sulit menembus komunikasi kelompok ini dalam aplikasi layanan pesan singkat Telegram tersebut.
Advertisement
"Mereka ini sel-sel baru JAD Bandung. Belum terstruktur tetapi sudah berencana melakukan serangan teror ke beberapa titik. Fakta ini diperoleh Densus dari penggeledahan kediaman para tersangka," kata Yusri di Markas Polda Jawa Barat, Kota Bandung, Rabu (19/7/2017).
Dia mengatakan, para terduga teroris itu tidak hanya memanfaatkan Telegram untuk berkomunikasi. Mereka juga mendapatkan tausiah dari pentolan JAD melalui aplikasi ini. Oleh karena itu, pemerintah pun memblokir aplikasi tersebut.
"Aplikasi ini sangat sulit ditembus dan multimember. Transaksi elektronik percakapan yang berlangsung, dan chat di aplikasi ini tak bisa diambil atau direkam. Dari analisis selama ini, mereka (para terduga teroris) berkomunikasi melalui aplikasi itu. Karenanya, pemerintah memblokir aplikasi ini," ujar Yusri.
Dia menambahkan, sejak 2016 sampai pertengahan 2017, Densus 88 telah mengungkap 16 jaringan terduga teroris menggunakan Telegram untuk berkomunikasi. Salah satu jaringan tersebut adalah JAD.
Saksikan video berikut ini: