Liputan6.com, Jakarta Akhir-akhir ini, warganet digegerkan dengan sebuah unggahan di sebuah media sosial yang menampilkan intimidasi yang dilakukan sekelompok mahasiswa terhadap teman sebayanya. Kata bully atau bullying pun marak digunakan.
Baca Juga
Advertisement
Bahasa Indonesia sebenarnya punya padanan kata untuk menggantikan bully dan bullying, yaitu “merisak” dan “merundung”. Kedua kata tersebut lambat laun semakin sering digunakan di media massa dan media sosial.
Namun, pemakaian kata “merisak” dan “merundung” untuk menggantikan kata bullying kembali membuat warganet bertanya-tanya. Manakah yang paling tepat untuk menggantikan kata bullying?
Kata "merisak" dan "merundung" sebetulnya sudah cukup populer sejak 2015. Saat itu, salah seorang aktivis bahasa, Ivan Lanin, sempat membuat sebuah jajak pendapat di linimasa Twitter. Hasilnya, dari 243 partisipan, 62 persen warganet memilih kata "merisak", sedangkan sisanya memilih "merundung".
Warganet lebih banyak memilih kata "merisak" sebagai padanan kata bullying. Salah satu alasannya karena nilai rasa dan kesan yang ditampilkan kata itu dianggap dapat mewakilkan kata bullying. Selain itu, kata "merisak" dengan kata dasar "risak" juga dianggap dekat dengan kata “rusak” yang bermakna negatif.
Ternyata di dalam bahasa Batak (Angkola) ada kata yang mirip dengan kata "merisak", yakni mangarisak. Mangarisak adalah perlakuan yang dilakukan oleh satu atau beberapa anak terhadap temannya, sehingga teman mereka kesal dan bisa sampai menangis atau bahkan melawan perlakuan yang mengesalkan tersebut. Orangtua si anak yang kesal kemudian mengatakan, "Ulang behe hamu risak danak i," (janganlah kalian risak anakku itu).
Jika kita merujuk ke KBBI V daring, kata “merisak” dan “merundung” mempunyai kemiripan. Dua kata ini bermakna:
risak » me.ri.sak
v mengusik; mengganggu: mereka tidak putus-putusnya ~ku dengan berbagai-bagai olok-olokan
rundung » me.run.dung
v mengganggu; mengusik terus-menerus; menyusahkan: anak itu ~ ayahnya, meminta dibelikan sepeda baru
v menimpa (tentang kecelakaan, bencana, kesusahan, dan sebagainya): ia tabah atas kemalangan yang telah ~nya
v menyakiti orang lain secara fisik maupun emosional dalam bentuk kekerasan verbal, sosial, dan fisik berulang kali dan dari waktu ke waktu, seperti memanggil nama seseorang dengan julukan, memukul, mendorong, menyebarkan rumor, mengancam, atau merongrong seseorang
Ketika "merisak" bermakna ‘mengusik; mengganggu’, "merundung" rupanya memiliki makna yang luas dan mendekati konteks yang terjadi dalam bullying.
Dalam laman dictionary.cambridge.org, "bully" (verb) bermakna ‘to hurt or frighten someone who is smaller or less powerful than you, often forcing that person to do something they do not want to do’ (tindakan menyakiti atau menakut-nakuti seseorang yang lebih kecil atau lebih lemah, sering memaksa orang itu untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan).
Berdasarkan makna di atas, bully bukan hanya sekadar mengusik atau mengganggu sebagaimana termaktub dalam entri “merisak”. Lebih dari itu, bully bisa berupa tindakan menyakiti (secara fisik dan mental) orang lain, bahkan ada unsur pemaksaan. Dalam pemaknaannya, “merundung” lebih menghayati adanya unsur “kekejaman” yang terkandung dalam makna bully, seperti menyakiti (fisik dan emosional) secara berulang kali, memukul, mendorong, bahkan mengancam orang lain.
Merisak atau Merundung?
Jika kembali melihat dua video yang viral tadi dan menelaahnya, masuk klasifikasi apakah perlakuan dalam video itu?
Korban bullying mahasiswa Gunadarma mengatakan bahwa dia sudah mendapat perlakukan tidak mengenakkan itu sejak semester satu. Bentuk “penyiksaan” itu pun berbeda-beda. Salah satunya, dia pernah tidak bisa keluar kelas karena teman-temannya menahan pintu kelas.
"Sudah sering banget, dari semester satu," kata Farhan di kediamannya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, kepada Liputan6.com, Kamis, 20 Juli 2017.
Video bullying oleh sekelompok anak SMP juga dapat dilihat bahwa korban lebih dari sekadar diganggu/diusik. Korban juga mengalami kekerasan fisik berulang kali berupa jambakan dari beberapa temannya.
Dari dua video yang viral itu, dapat dilihat bahwa korban tidak hanya berada dalam kadar diganggu atau diusik oleh pelaku bullying. Lebih jauh lagi, korban disiksa secara fisik dan mental, terdapat ancaman verbal, dan terjadi secara terus-menerus. Dalam kasus ini, “merundung” lebih tepat digunakan sebagai padanan bullying, karena maknanya lebih spesifik dan mendekati.
“Risak” dan “rundung” bukanlah masalah salah atau tidak, tapi tepat konteks atau tidak. Di sisi lain, ini adalah bukti lain betapa kaya bahasa-bahasa di Nusantara. Tugas kita adalah memilih dan menggunakan padanan kata yang tepat untuk menggantikan bentuk asing sesuai konteksnya.