Lihat Peluang Mercedes-Benz Rakit E Class Hybrid di Indonesia

Mercedes-Benz tidak menutup kemungkinan untuk merakit secara lokal mobil plug-in hybrid-nya, E 350 e di Tanah Air.

oleh Arief Aszhari diperbarui 23 Jul 2017, 12:10 WIB
Mercedes-Benz E 350 e (Foto:Paultan)

Liputan6.com, Jakarta - Mengikuti Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017, PT Mercedes-Benz Distribusi Indonesia (MBDI), siap memboyong mobil plug-in hybrid, E 350 e. Namun, model ini hanya sebatas diperkenalkan dan tidak langsung dijual untuk konsumen di Tanah Air.

Menurut Dennis Kadaruskan, Departement Manager Public Relation MBDI, pihaknya masih akan melihat respon pasar saat mobil kombinasi mesin bensin dan listrik ini diperkenalkan. Baru kemudian, pihaknya akan menentukan bakal dijual atau tidak mobil plug-in hybrid tersebut.

"Jika responnya positif, pasti kami akan mempelajari dan akan menyesuaikan dengan strategi kendaraan penumpang Mercedes-benz di Indonesia," jelas Dennis saat berbincang dengan wartawan di Bandung, belum lama ini.

Jika nantinya mobil plug-in hybrid ini benar diniagakan di Tanah Air, pabrikan asal Jerman ini bisa membawanya dalam bentuk Completely Built-Up (CBU) atau Completely Knock-Down (CKD).

"Kita tidak pernah menutup kemungkinan untuk rakit (E 350 e) di Indonesia. Pada saat sudah mempelajari pergerakan pasar, dan kemungkinan penerimaan di Indonesia kita akan melihat mana yang cocok, apakah CBU atau CKD. Itu akan diputuskan," tambahnya.

Sementara itu, dijelaskan lebih lanjut oleh Roelof Lamberts, President Director and CEO PT MBDI, agar mobil ramah lingkungan ini bisa lebih banyak diterapkan di Indonesia, harus ada turun tangan pemerintah memberikan program yang dapat menekan harga jual mobil hybrid atau listrik.

"Bisa saja kami rakit plug-in hybrid di Indonesia, tapi kami masih ingin memperkenalkan hybrid. Untuk merakit lokal harus didukung volume penjualan," pungkas Lamberts.

Selain pajak, pemerintah memang sudah harus turun tangan untuk mempersiapkan semua kebutuhan mobil ramah lingkungan ini, seperti ketersedian infrastruktur.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya