Liputan6.com, Semarang Ratusan warga Semarang sudah berkumpul di kawasan Pecinan tepatnya Klenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, sejak Sabtu (22/7/2017) subuh. Ada yang sibuk merias diri dengan mencoret-coret wajahnya. Ada yang mematut-matut diri ketika berjalan. Semua sibuk. Mengapa?
Olala, ternyata hari Sabtu (22/7/2017) adalah tepat 612 tahun pendaratan Laksamana besar asal Tiongkok, Cheng Ho. Ya, orang-orang ini sibuk mematut diri untuk menggelar arak-arakan Sam Poo memperingati kedatangan Laksamana Cheng Ho alias Sam Poo Tay Djien ke Semarang.
Baca Juga
Advertisement
Cheng Ho tiba di Semarang bulan ke-6 tanggal 30 penanggalan China 612 tahun lalu sehingga waktu peringatan pada kalender masehi tidak sama setiap tahunnya. Prosesi perayaan "Arak-arakan Sam Poo" ini sudah dimulai beberapa hari sebelumnya. Rangkaian dimulai dengan menyalakan lilin besar di dekat patung Cheng Ho dan pentas seni.
Dalam berbagai literatur, disebutkan bahwa Cheng Ho adalah seorang muslim dan termasuk berjasa menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Masyarakat Tionghoa tetap menghormatinya dan selalu memperingati kedatangannya setiap tahun.
Dalam kirab tersebut ada yang mengusung Kio atau tandu kimsin (arca) Cheng Ho, Tay Ciang, kemudian rombongan prajurit pembawa pusaka lambang kebesaran kerajaan Tiongkok, seekor kuda yang dilambangkan sebagai kendaraan Cheng Hoo dan rombongan Bhe Koen yaitu pengawal dengan wajah dicoreng-coreng.
Last but not least, selalu saja ada drum band dan marching band dalam sebuah karnaval. Rombongan ini berjalan menuju kelenteng gedung Batu atau Sam Po Kong yang berada di Jalan Simongan dengan jarak 5,6 kilometer dari Klenteng Tay Kak Sie. Di Klenteng yang dulunya terdapat goa untuk ibadah salat Ceng Ho itu, sudah sudah menunggu ribuan warga Semarang yang ingin melihat kemeriahan acara.
Jalannya Ritual
Satu persatu rombongan memasuki altar Klenteng Sam Po Kong kecuali kuda Cheng Ho yang berwarna hitam karena altar yang licin. Kuda tersebut oleh Bhe Koen dibawa lari bolak-balik sebanyak tiga kali untuk ritual.
Setelah itu ada dua Kio atau tandu arca Cheng Ho dan pengawalnya. Dua Kio tersebut juga menjalani ritual dibawa lari bolak-balik tiga kali sebelum memasuki altar Klenteng. Setelah itu Kio di letakkan di altar dan warga mulai berdoa di sekitarnya.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, arak-arakan Sam Poo tahun 2017 ini dilangsungkan lebih sederhana. Meskipun sederhana namun kemeriahan tetap terjaga. Spirit dan roh keberagaman budaya sangat terjaga.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyempatkan diri ikut memanggul kio (tandu). Ia larut dalam kegembiraan warga Tionghoa. Kepada Liputan6.com Hendi mengatakan bahwa momentum arak-arakan Sam Poo sesungguhnya merupakan penegasan bahwa Semarang akan menjadi benteng Pancasila.
"Kita lihat, semua warga, Tionghoa, Jawa, Arab, Khoja (India) semua bahu-membahu. Meski Cheng Hoo seorang Muslim, namun saudara kita umat Tri Dharma, Katholik, Kristen juga ikut memperingatinya dengan cara mereka sendiri-sendiri," kata Hendi, Sabtu (22/7/2017).
Menurut Mulyadi Setiakusuma, salah satu pengurus kelenteng, pihaknya hanya meneruskan tradisi peringatan kedatangan Cheng Ho sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Hal itu untuk menghormatinya sebagai sosok berpengaruh di Jawa Tengah khususnya Semarang.
"Dalam rangka kedatangan Laksamana Cheng Ho kita lakukan ritual sejak ratusan tahun. Pelaksanaannya berdasarkan penanggalan kalender Tionghoa. Ini bentuk ritual menunjukkan besarnya Laksamana Cheng Ho bagi masyarakat Semarang, Jawa Tengah," kata Mulyadi.
Advertisement