Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius mengungkapkan, pihaknya saat ini tengah giat melaksanakan program deradikalisasi terhadap orang-orang yang terpapar paham radikal.
Program deradikalisasi, ujar Alius, tidak hanya untuk napi teroris atau mantan napi teroris, tapi juga keluarga mereka.
"Itu saya kumpulkan mereka berbalik arah, kemarin ada deklarasi Cinta Tanah Air, mereka berbalik ada kurang lebih 37 mantan napi teroris yang berbalik dan keluarganya di sana mendirikan Yayasan Lingkar Perdamaian," ujar Alius dalam acara Diskusi Publik 'Radikalisme di Timur Tengah dan Pengaruhnya di Indonesia', Sabtu (22/7/2017), di Jakarta.
Advertisement
Menurut Alius, mereka yang ikut program deradikalisasi ini akan menjadi embrio untuk menyebarkan paham-paham yang baik, sehingga program deradikalisasi lebih efektif.
"Sehingga yang masih terpapar radikal mengerti, itu lebih efektif," ujar Alius dalam diskusi yang digelar Bela Negara Alumni Universitas Indonesia (Bara UI).
Alius optimistis langkah ini efektif. Sebab, kata dia, "mereka sudah pernah melakukannya, ilmu agamanya tinggi, dan pernah jadi komandan jihad. Kalau mereka yang ngomong mereka efektif untuk orang-orang yang potensial untuk itu."
Tak hanya deradikalisasi, BNPT juga melakukan kontraradikalisasi terhadap warga yang belum terpapar paham radikalisme, seperti kalangan pemuda, ibu-ibu, dan siswa di lingkungan pendidikan tinggi dan menengah.
Alius pun menyebutkan, Jumat 21 Juli kemarin telah meresmikan masjid dan Taman Pendidikan Alquran (TPA) Baitul Muttaqien di kampung halaman terpidana mati kasus terorisme Bom Bali I, Amrozi, di Desa Tenggulun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Jumat.
"Saya resmikan di Lamongan, ada program deradikalisasi untuk orang-orang yang terpapar radikal. Bukan cuma napi teroris dan mantan napi teroris, tapi keluarganya juga," jelas Alius.
Saksikan video menarik berikut ini: