Serangan Walang Sangit Sulit Ditangkal

Saat bulir padi muncul, saat itu pula walang sangit datang dan memakan bulir padi muda.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2017, 17:01 WIB
Ilustrasi pertanian organik, sawah, di Afrika (foto: bloomberg.com)

Liputan6.com, Kapuas Hulu - Para petani dari sejumlah kelompok tani di Kabupaten Kapuas Hulu dan Sintang, Kalimantan Barat mengeluhkan serangan hama walang sangit pada lahan pertanian mereka. Aksi walang sangit mengakibatkan hasil panen padi tidak sesuai harapan.

Petani dari Desa Samak, Kecamatan Dedai, Sintang, Yula, mengatakan walang sangit yang biasa disebut empangau itu menyerang tanaman padi yang sudah bermalai.
Hama itu memakan bulir padi muda, sehingga banyak malai yang rusak dan bulir padi kosong.

"Kalau sudah dimakan empangau, produksi akan turun tidak sesuai harapan kami," kata Yula, anggota Kelompok Tani Samak Lestari, Minggu (23/7/2017), dilansir Antara.

Ia mengaku sudah mencoba bermacam-macam cara untuk mengatasi serangan hama itu. Namun, ia belum dapat mengusir walang sangit yang terus berdatangan ke areal tanam padinya.

"Sudah pakai cara dengan penyemprotan racun, tapi belum ada hasilnya. Empangau tetap datang dan makan bulir padi kami," petani itu menambahkan.

Dia mengatakan, pada lahan padi yang diusahakan bersama petani lainnya di lahan seluas dua hektare saat ini, banyak malai dan bulir padi yang sudah rusak karena terkena serangan walang sangit. Diperkirakan, panen musim gadu yang akan berlangsung pada akhir Agustus nanti tidak sesuai harapan.

"Kalau ada serangan empangau kayak begini, kami tak bisa pastikan saat panen nanti hasilnya akan berlimpah," katanya.

Padahal saat ini kelompok taninya sedang mempraktikkan teknologi pertanian Hazton, dengan bibit padi yang ditanam sebanyak 20 hingga 30 bibit. Itu bukan cara bertani yang biasa dilakukan hanya dengan 3-5 bibit saja.

"Padahal kami ingin tahu hasil panen nanti bisa dapat berapa ton. Kalau menurut penyuluh, hasil panen teknologi Hazton di lahan satu hektare bisa sampai tiga ton," katanya lagi.

Keluhan senada juga disampaikan petani dari Desa Tekudak, Kecamatan Kalis, Kabupaten Kapuas Hulu yang ditemui beberapa hari lalu. Petani setempat mengaku kesulitan menghadapi serangan hama walang sangit.

"Sudah macam-macam cara dilakukan, baik itu cara alami ataupun dengan obat (racun) hama, tapi tetap saja ada serangan," kata Rosalia, anggota Kelompok Tani Sungai Sepangin.

Ia mengatakan, pada Senin 17 Juli 2017, ia sempat panen padi dengan teknologi Hazton pada lahan seluas 0,5 hektare. Namun, hasilnya baru 10 karung ukuran 50 kilogram gabah kering panen. Semestinya hasil panen bisa lebih banyak, tapi karena ada serangan hama, hasilnya tidak sesuai harapan.

Masalah serupa juga ditemui di Desa Tekalong, Kecamatan Mentebah, dan Desa Lubuk Antuk, Kecamatan Hulu Gurung, masih di Kabupaten Kapuas Hulu. Petani di Tekalong, baru pada pekan kemarin melakukan panen musim gadu. Sebelum panen, yakni saat bulir padi muncul, saat itu pula walang sangit datang dan memakan bulir padi muda.

Di Desa Lubuk Antuk, kelompok tani perempuan setempat menerapkan perlakuan tradisional yang diajarkan leluhur, yakni dengan membuat asap dari buah asam (sejenis mangga) yang ada di sekitar lahan pertanian. Jika empangau muncul, ada anggota kelompok tani yang membakar asam dan daun-daunan, sehingga menimbulkan asap.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya