Liputan6.com, Yamal - Serangkaian hal aneh telah terjadi di padang tundra beku di Siberia utara. Pada Agustus 2016, seorang anak laki-laki meninggal karena antraks di Semenanjung Yamal -- yang berarti 'akhir dunia' dalam bahasa penduduk asli Nenets.
Padahal selama 75 tahun, antraks belum pernah terlihat di wilayah tersebut. Diperkirakan wabah tersebut terjadi menyusul adanya gelombang panas intens di Siberia, di mana suhu yang mencapai 30 derajat Celcius melelehkan lapisan es beku.
Advertisement
Spora bakteri antraks yang sangat menular yang selama ini 'tertidur' dalam kondisi beku dalam bangkai rusa yang terinfeksi, telah bangkit dan menginfeksi kawanan rusa dan menyebar hingga ke penduduk lokal akibat.
Baru-baru ini, sebuah ledakan besar terdengar pada Juni 2017 di Semenanjung Yamal. Sejumlah orang melihat asap yang membumbung tinggi dan ketika diselidiki terdapat kawah rakasasa.
Dikutip dari The Guardian, Minggu (23/7/2017), lapisan es yang mencair akibat gelombang panas, diduga membuat vegetasi yang telah mati membusuk sehingga memicu terbentuknya gas metana yang sangat mudah terbakar.
Selama tiga tahun terakhir, 14 kawah raksasa lainnya ditemukan di wilayah tersebut. Beberapa di antaranya berukuran sangat besar, yakni memiliki lebar 50 meter dan kedalaman 70 meter.
Ada juga kasus tanah yang bergetar di Siberia. Hal itu disebabkan karena gelembung metana terjebak di bawah permukaan, sehingga membuat tanah bergoyang-goyang jika diinjak -- layaknya trampolin.
Dramatisnya, jika metana disulut dengan api yang dilepaskan dari danau beku di Siberia dan Alaska akan menyebabkan terbentuknya letusan api besar.
Metana merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Gas tersebut 20 kali lebih besar dalam menyumbang terbentuknya efek rumah rumah kaca dibanding karbon dioksida.
Pelepasan metana di Arktik dapat menimbulkan ancaman signifikan terhadap iklim global, yang mendorong semakin tingginya suhu di seluruh dunia.
Simak juga video berikut ini: