Liputan6.com, Jakarta - Nyai Salma (Happy Salma) marah besar. Selendang saktinya paling berharga dicuri oleh seseorang. Namun, ia tak bisa menemukan jejak dari pencuri itu sendiri.
Baca Juga
Advertisement
Ia pun memanggil dua petugas keamanan serta anak dan pembantunya. Mereka semua diinterogasi, tetapi pelaku yang mencuri selendang sakti tetap tidak ditemukan.
Kedua petugas keamanan itu pun kemudian ditugaskan untuk mencari tahu. Di sisi lain, Mbok Nay, sang pembantu, menaruh kecurigaan dengan beberapa pencuri yang berkumpul dan bersepakat melakukan gerakan pencurian besar-besaran.
Tanpa disadari, mereka semua sesungguhnya di bawah kendali Pencuri Agung: seorang pencuri yang menjadi legenda, tapi tidak diketahui identitasnya.
Lalu, apakah akhirnya semua masalah selesai dan selendang sakti tersebut ditemukan? Siapa sebenarnya sang Pencuri Agung?
Tak jauh berbeda dengan pentas-pentas sebelumnya, produksi ke-24 Indonesia Kita kali ini dipenuhi dengan canda tawa. Lakon "Pesta Para Pencuri" yang diadakan di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada 21-22 Juli 2017, sukses mengocok perut penonton.
Tidak bermaksud mengurangi peran aktor lainnya, pentas Indonesia Kita mungkin tak akan meriah tanpa duo Cak Lontong dan Akbar, serta Inayah Wahid. Ketiganya mampu mencuri perhatian penonton dengan guyonan-guyonan yang cerdas.
Akan tetapi, karena pemain dibebaskan untuk berimprovisasi, pentas Pesta Para Pencuri seperti kehilangan esensi dalam penyampaian pesan. Mungkin tidak banyak penonton yang menyadari karena puas tertawa, namun pentas yang berlangsung selama dua hari tersebut di beberapa bagiannya menimbulkan tanda tanya.
Misalnya saja, bagian akhir yang terkesan antiklimaks. Entah mengapa, kedok Pencuri Agung yang akhirnya dibuka terkesan datar. Seperti dipaksakan. Belum lagi candaan pemain yang beberapa kali terlalu kering. Penonton seperti mengerti tapi tidak tertawa.
Walau demikian, semuanya tertutupi dengan aksi pentas yang mumpuni, tak hanya dari para pemai,n tapi juga penari dan penyanyi. Penonton dibuat kagum dengan keindahan gerakan para penari dari IMove Project. Musik yang dimainkan oleh Jakarta Street Music pun tak berlebihan.
Silir Pujiwati yang bernyanyi di selingan pentas juga mampu memukau penonton dengan suaranya yang bening. Meski berlatar belakang sinden, Silir tidak ragu saat membawakan beberapa lagu yang dibuat khusus untuk pentas tersebut.
Untuk naskah sendiri, Agus Noor selaku penulis naskah dan sutradara bersyukur sekaligus lega. Ia senang improvisasi para pemain tidak melenceng dari naskah yang ia tulis.
"Saya juga tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau lakon ini sangat kontekstual dengan situasi saat ini, saat lakon ini dipentaskan," ujar Agus Noor di Jakarta pada Sabtu (22/07/2017).
Menurut dia, saat ini para 'pencuri berdasi' seperti tidak tahu malu lagi. Mereka bersatu melakukan perlawanan saat ruang gerak mereka terganggu.
Hal ini sesuai dengan apa yang hendak disampaikan dari pentas Pesta Para Pencuri. Bukannya ketakutan karena kejahatan mereka mulai terendus, mereka malah bersatu untuk melakukan pencurian yang lebih besar lagi.
Pesta Para Pencuri didukung oleh Cak Lontong, Happy Salma, Inayah Wahid, Alexandra Gottadro, Akbar, Susilo Nugroho, Marwoto, Trio GAM (Gareng, Joned, Wisben), dan Silir Pujiwati. Tampilan artistik panggung ditangani oleh Ong Hari Wahyu dan diwarnai penampilan penari dari IMove Project dengan arahan Rita Dewi Saleh, serta diperkuat dengan musik arahan Arie Pekar yang dimainkan oleh Jakarta Street Music.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6