Israel Pasang CCTV di Pintu Masuk Kompleks Masjid Al-Aqsa

Belum reda amarah menyusul pemasangan detektor logam di pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa, Israel kembali mengambil langkah kontroversial.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 24 Jul 2017, 12:09 WIB
Ilustrasi Konflik Israel Palestina

Liputan6.com, Yerusalem - Israel telah memasang kamera keamanan di dekat pintu masuk ke kompleks suci di Yerusalem, yang mana di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsa. Bagi umat muslim, kawasan itu dikenal sebagai kompleks al-Haram, tapi kaum Yahudi menyebutnya Temple Mount.

Ketegangan Israel dan Palestina masih tinggi menyusul serangkaian insiden kekerasan yang terjadi dalam sepekan terakhir.

Sebelumnya, pihak Israel lebih dulu menempatkan detektor logam di pintu masuk bernama Lion. Warga Palestina melihat langkah Israel sebagai upaya sepihak untuk mengontrol kompleks situs suci tersebut hingga akhirnya peristiwa ini memicu terjadinya demonstrasi yang meluas di Yerusalem dan Tepi Barat.

Pemasangan kamera keamanan yang dilakukan pada Minggu pagi ini diyakini akan semakin menyulut protes warga Palestina.

Keputusan Israel untuk memasang detektor logam datang setelah terjadi serangan yang menewaskan dua anggota polisinya.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan untuk membahas perkembangan terakhir terkait memanasnya situasi Israel-Palestina. Adapun kuartet perdamaian Timur Tengah yang terdiri dari Amerika Serikat, Rusia, PBB, dan Uni Eropa merilis sebuah pernyataan pada Sabtu.

Mereka menyerukan agar semua pihak "menahan diri secara maksimal, menahan diri dari tindakan provokatif, dan bekerja untuk deeskalasi situasi". Dari sisi AS, penasihat senior Gedung Putih yang juga menantu Donald Trump, Jared Kushner, dikabarkan akan memimpin upaya untuk mengatasi krisis tersebut.

Organisasi Liga Arab mengumumkan menunda pertemuan untuk membahas meningkatnya ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem. Pada awalnya, pertemuan akan dilangsungkan pada hari Rabu ini, namun ditunda pada hari Kamis.

Menurut kantor berita Kuwait, KUNA, penundaan ini dilakukan demi memastikan bahwa sejumlah besar menteri luar negeri negara Arab dapat hadir.

"Yerusalem adalah sebuah garis merah yang tidak akan diizinkan oleh Arab dan muslim untuk dilewati. Israel bermain dengan api dan berisiko memicu krisis dengan Arab dan dunia muslim," ujar Kepala Organisasi Liga Arab Ahmed Aboul Gheit seperti dikutip dari CNN, Senin (24/7/2017).

Sementara itu, dalam khotbah mingguannya, Paus Fransiskus menyerukan agar dilakukannya "moderasi dan dialog" untuk mengatasi krisis. "Saya meminta Anda berdoa bersama saya agar Tuhan mengilhami semua proposal untuk rekonsiliasi dan perdamaian".

 

Simak video menarik berikut:


Palestina Bekukan Komunikasi dengan Israel

Dalam pertemuan mingguan pemerintah, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel terus memantau situasi keamanan di Yerusalem dan akan memutuskan "dengan tepat" langkah apa yang akan diambil.

Hingga kini, Israel belum mengumumkan akan "menghapus" detektor logam atau melakukan tindakan pengamanan lainnya di Kota Tua Yerusalem.

"Kami melakukan ini dengan tenang, pasti, dan bertanggung jawab dan dengan demikian kami akan terus melanjutkan upaya menjaga keamanan," kata Netanyahu.

Di sisi Palestina, Presiden Mahmoud Abbas telah menangguhkan semua komunikasi dengan pemerintah Israel sebagai bentuk protes atas pemasangan detektor logam. Pembekuan komunikasi tersebut mencakup bidang koordinasi keamanan yang dipandang sebagai fondasi hubungan kedua negara.

Seorang pejabat militer Israel mengatakan, mereka "mengevaluasi dan menilai apa yang dimaksud dengan kebijakan pembekuan komunikasi oleh Palestina di lapangan". Ia menyebut pula itu sebagai "realitas yang kompleks".

Insiden kekerasan terakhir yang terjadi adalah penembakan di kompleks Kedutaan Besar Israel di Amman, Yordania. Korban tewas dilaporkan mencapai dua orang, demikian pula dengan korban luka.

Menurut Departemen Keamanan Umum Yordania, motif di balik serangan ini belum jelas. Hingga kini belum ditemukan bukti bahwa peristiwa itu terkait dengan ketegangan tinggi di Yerusalem.

Yordania memiliki persentase signifikan terkait keberadaan populasi asal Palestina. Ratu Yordania, Rania Al-Abdullah yang lahir di Kuwait bahkan berasal dari wilayah Tulkarm di Tepi Barat.

Pada Jumat, ribuan warga Yordania mengadakan aksi turun ke jalan untuk memprotes situasi di Yerusalem.

Pada Jumat malam, tiga warga Israel dilaporkan tewas terbunuh di rumah mereka di pemukiman Tepi Barat Halamish. Menurut polisi, seorang pemuda Palestina melompati pagar keamanan dan menikam ketiganya.

PM Netanyahu mengatakan, Israel akan menghancurkan rumah pelaku penyerangan sesegera mungkin. Sementara itu, dalam unjuk rasa yang terjadi pada hari Jumat dan Sabtu setidaknya empat warga Palestina dikabarkan tewas. Dengan demikian jumlah total korban meninggal akibat krisis di Yerusalem dalam tiga hari terakhir adalah tujuh orang.

Sejumlah warga Palestina pun ditahan Israel. Setidaknya, lebih dari 20 orang itu dicurigai tengah mempersiapkan serangan dalam waktu dekat atau mereka dituduh menjadi anggota kelompok Hamas.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya