Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis pada perdagangan hari ini. Kasus geopolitik di Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu penekan dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Senin (24/7/2017), rupiah dibuka di angka 13.318 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.313 per dolar AS. Namun di siang hari, rupiah kembali ke kisaran 13.312 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang, rupiah bergerak di kisaran 13.312 per dolar AS hingga 13.3215 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,17 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.319 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.323 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Dolar AS memang melemah di Asia dan mendekati level terendah dalam 13 bulan ini karena adanya gejolak geopolitik di AS. Agenda Reformasi dan stimulus yang dicanangkan oleh Presiden Donald Trump sepertinya belum bisa terlaksana secepatnya.
Pelemahan dolar AS semakin parah saat Sekretaris Pers Gedung Putih Sean Spicer memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya. Keputusan tersebut diambil karena ketidaksetujuannya terhadap kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Presiden Trump memutuskan untuk memilih Anthony Scramucci sebagai Direktur Komunikasi Gedung Putih. Secara lantang, Spicer mengutarakan ketidaksetujuannya dengan pengangkatan Sarantocci yang ia anggap sebagai kesalahan besar.
"Belum ada kesempatan bagi dolar AS untuk kembali terangkat dalam waktu dekat ini melihat situasi politik yang terjadi di AS saat ini," jelas analis valura asing IG Securities, Tokyo, Jepang, Junichi Ishikawa.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, dolar AS terus melemah mengembalikan penguatan rupiah yang sempat tertahan sebelumnya. "Penguatan rupiah juga dibarengi oleh penguatan kurs lain di Asia terhadap dollar di perdagangan Jumat yang lalu," kata dia.
Sentimen negatif domestik masih ada walaupun tidak semakin intens adalah rencana pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mulai diimbangi oleh komitmen pemerintah dalam mendorong belanja infrastruktur. Sementara isu reshuffle dianggap sebagai stabilitator kondisi politik saat ini.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: